Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/138

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

ngapa Napoleon telah di-andjung2 oleh orang2 sebangsanja. Bukankah disini tampil kemuka faktor emosi, jang sangat memegang peranan dalam penjebaran desas-desus: kekaguman terhadap orang sebangsanja, hasrat untuk men-dewafkan apa jang pernah dilakukan oleh orang sebangsanja itu?

Seorang tokoh penting mempunjai sesuatu daja tarik (dinamik) terhadap chalajak ramai dalam alam sekitarnja. Perasaan jang diperlihatkan orang disekitarnja terhadapnja, mungkin sangat ber-matjam2 dan tidak beranlah kita, bahwa desas-desus beraneka-warna tersebar tentangnja: ada jang hendak me-mudja2nja, adapula jang hendak memburukkan namanja. Peribahasa Belanda mengatakan: ,,Hoge bomen vangen veel wind" (pohon2 jang tinggi menangkap banjak angin), jakni orang2 jang telah tinggi kedudukannja harus mendengar banjak kritik. Mungkin ada diantara kritik2 itu jang benar2 pada tempatnja, tetapi adapula kritik2 itu jang tidak pada tempatnja samasekali. Desas-desus jang disiarkan tentang orang besar itu mungkin tidak seberapa djauh dari kebenaran, tetapi mungkin pula sudah sangat di-lebih2kan.

Atjapkali pula kita mendengar pelbagai tjeritera pendek, jang sangat menarik (anecdotes) tentang tokoh2 penting itu. Tjeritera2 sebagai ini dapat pula kita namakan desas-desus.

Tentang George Washington, pedjuang kemerdekaan Amerika Serikat jang ter- kenal itu, tersebarlah anecdote berikut:

,,Sekali peristiwa George Washington melihat beberapa orang pradjurit sedang berusaha mendorong sebuah pedati, jang diisi penuh dengan batang2 kaju, keluar lumpur. Rupa2nja roda2 belakangnja agak dalam terbenam dalam lumpur itu, se hingga hampir pedati itu tidak bergerak, betapapun keras usaha pradjurit2 itu.

Para pradjurit itu diawasi oleh seorang komandannja. Pak komandan sedikitpun tidak bekerdja ber-sama2, hanja melihat dan kadang2 memberi petundjuk.

Demi George Washington melihat, bahwa djerih-lelah pradjurit2 itu akan sia2 bila mereka tidak dibantu, ia turut membantu mendorong pedati itu sambil memberi petundjuk2 chusus. Mereka berhasil mengeluarkan pedati itu dari lumpur.

„Mengapa sdr. tidak mendorong ber-sama2?" tanja George Washinngton kemudian kepada si komandan.

,,Saja komandan mereka, saja hanja mengawasi, saja 'kan korporal."

,,Siapakah sdr?" tanja si korporal itu kemudian kepada George Washington. ,,Saja, George Washington, sdr !"

Korporal itu terkedjut, demi didengarnja, bahwa ia telah berbitjara dengan djenderalnja jang termasjhur itu."

Anecdote sebagai ini agak bersifat tendentius: maksudnja djelas tampak hendak mempopulerkan pahlawan kemerdekaan itu diantara masjarakat ramai. Dari tabun ketahun anecdote sematjam ini mungkin telah mengalami pelbagai perobahan menurut hukum2 desas-desus chusus, seperti jang dikemukakan oleh Allport dan Postman (mendangkal, melebihkan dan pel-bagai asimilasi). Ada orang jang mengatakan, bahwa ketika anecdote ini mula2 ditjeriterakan, bukan korporal jang memegang peranan, tetapi kapiten. Dari mulut kemulut kapiten itu telah turun pangkatnja mendjadi letnan, sersan dan kemudian korporal. Djika utjapan ini benar, maka tampaklah disini ketjenderungan jang menonjolkan untuk me-lebihkan perbedaan pangkat (dan djarak) antara Washington dan bawahannja, jang memegang peranan dalam tjeritera ini.

Dipihak lain kita tidak dapat menjangkal, bahwa George Washington adalah seorang tokoh berkaliber hesar, jang djustru karena kebesarannja itu mempunjai daja