Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/129

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

penting sekali dalam penjebaran desas-desus itu. Kita lihat me (desas desus ini) sangat tergantung dari keadaan sesuatu masjarakat pergaulan [...] tampaklah, bahwa terutama lapisan masjarakat rendahlah jang [...]

 Djelaslah, bahwa penjebaran desas-desus adalah alat penting untuk mempengaruhi masjarakat dan alat ini, terutama dalam keadaan perang sangat dipakai oleh pihak lawan untuk meruntuhkan semangat musuhnja. Djika kita membatja surat²-kabar dari pel-bagai² aliran dan paham politik dewasa ini, djuga akan kita lihat ketjenderungan sematjam ini. Surat kabar jang berpendirian blok Timur pada umumnja lain isinja dari surat kabar jang lebih bersimpati kepada blok Barat, walaupun ke-duanja atjapkali menjiarkan berita² jang sama.

 Dalam uraian ini telah agak banjak kita memperbintjangkan persoalan desas-de-sus. Hendaklah kita sclidiki sekarang apakah sebenarnja jang dimaksud dengan desas-desus itu ?

 Adakah segala sesuatu jang kita dengar dapat kita namakan desas-desus? Tentu sadja tidak. Tidak sering apa jang diljeriterakan kepada kita itu berdasar atas kebe- naran dan dengan sendirinja tidak akan kita namakan desas-desus.

 Bagaimanakah, kira² desas-desus itu harus kita rumuskan?

 Kita dapat mengatakan, bahwa bagian besar dari tjara kita bergaul tiap² hari, berpusat kepada desas-desus ini. Atjapkali kita menjebarkan desas-desus, atjapkali pula kita mempertiadakan atau dengan sengadja atau tidak sengadja, mentjiptakan sesuatu desas-desus. Desas-desus ini tidak sering djuga turut menggiatkan pergaulan kita memburuk² nama baik lawan kita, atau meng-andjung² kawan kita, atau pula setjara psychis memenuhi pelbagai keinginan kita. Hal ini djuga tampak djelas dari misal² jang saja uraikan itu.

 Teranglah, desas-desus itu bukan tidak mempunjai arti; pada hakekatnja mereka mempunjai sesuatu tudjuan jang mutlak, jakni memenuhi kebutuhan² chusus dalam masjarakat pergaulan kita. Anggauta² masjarakat pergaulan itu mengandung keinginan² tertentu: kita memperlihatkan simpati dan antipati kita, terhadap teman atau musuh kita, terhadap sesuatu paham politik atau keagamaan, misalnja, dan dalam desas-desus jang kita tjiplakan atau siarkan ataupun gemar mendengar itu, perasaan² kita memperoleh sematjam penjaluran. Kita dapat mengatakan, bahwa desas-desus itu berhubung erat sekali dengan penghidupan perasaan atau emosi kita. Faktor emosi ini adalah sesuatu faktor jang mutlak berhubung dengan desas-desus.

 Adakah tiap² kabar, jang disampaikan kepada kita dengan penuh perasaan, adakah tiap pidato, jang penuh dengan semangat jang ber-api, dapat kita namakan desas-desus? Dengan serentak kita berkata: tentu sadja tidak. Djelaslab, desas-desus mengandung faktor² lain lagi, ketjuali faktor emosi.

 Sesuatu pidato, jang diutjapkan dengan semangat jang ber-api², mengandung sesuatu kenjataan: kenjataan itu adalah pribadi jang menguljapkan pidato itu. Pada umumnja pidato sematjam ini diutjapkan dengan penuh kejakinan. Pada desas-desus faktor kenjataan ini tidak ada seluruhnja, walaupun sesuatu desas-desus dapat djuga berdasar atas kenjataan. Misalnja, dalam waktu² achir ini kita mendengar desas-desus, bahwa bekas ratu Soraya akan bertunangan dengan pangeran Orsini. Desas-desus ini kemudian dibantah oleh Soraya sendiri. Surat kabar jang turut menjebarkan desas-desus ini, bukan tidak mempunjai alasan untuk memuat karangan² jang menarik perhatian para pembatjanja tentang pertunangan Orsini dan Soraya itu. Karangan² ini adalah hasil observasi mereka mengenai pergaulan pribadi Soraya dan Orsini. Berdasar atas kenjataan ini, mereka katakan tak dapat tiada Soraya dan Orsini akan meresmikan pertunangannja.