Halaman:Horison 05 1968.pdf/26

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini belum diuji baca

RUMAH
PENUH
BUNGA

TRUMAN CAPOTE

SESUNGGUHNJA, Otilie dapat menjebut dirinja wanita jang paling berbahagia di Port-au-Prince. Seperti kata Baby, kawannja: lihatlah pada kelebihan-kelebihan jang kaumiliki. Apa sadja, tanja Otilie, karena ia memang genit dan lebih suka pada pudji-pudjian daripada sepotong daging panggang atau minjak wangi. Ketjantikanmu, kata Baby, bukankah kulitmu tjoklat muda, hampir kuning langsat, dan matamu agak biru, sedang wadjahmu selalu tampak muda dan segar — di antara kawan-kawan kita senasib rasanja tak ada jang terbanjak langganannja seperti kau, langganan jang selalu siap untuk membelikan bir dibar dibawah, berapa liter sekehendakmu, Otilie menganggu dan berfikir bahwa hal-hal ini memang betul adanja, dan iapun mulai menghitung harta milik jang telah diperolehnja selama ini sambil tersenjum: aku punja lima helai gaun sutera dan sepadang sepatu satin hidjau, aku punja tiga buah gigi emas jang berharga lebih dari tigapuluh ribu franc, dan mungkin tak lama lagi Mr. Jamison, atau siapa sadja, akan membelikan daku gelang. Namun Baby, keluh Otilie, entahlah, aku tak dapat mengatakan apa jang tersisip dihatiku.

Baby memang kawannja jang terakrab, disamping Rosita, kawannja jang seorang lagi Baby memiliki tjorak tubuh seperti bola, bulat dan berputar-putar tjintjin-tjintjin jang bermatakan batu tiruan membuat garis-garis didjari-djarinja jang berlemak, giginja hitam bagai dahan pohon jang dibuat arang, dan bila ia tertawa maka suara tertawanja itu terdengar sampai ditepi pantai. Setidak-tidaknja para kelasi itu menjatakan demikian. Sedangkan Rosita adalah tinggi semampai, lebih tinggi dari laki-laki biasa, dan lebih bertenaga pula: dimalam hari, ketika para tamu datang, Rosita melangkah dengan gemulai dan memiliki suara jang serak basah. Tetapi disiang hari ia berdjalan dengan langkahnja jang lebar dan tjepat, dan suaranja menggelegar matjam komando baris. Kedua orang kawan Otilie itu berasal dari Republik Dominika, dan hal ini membuat mereka merasa bahwa tingkat sosial kehidupan mereka adalah setingkat lebih tinggi daripada wanita-wanita lain jang dilahirkan di Port-au-Prince ini. Namun mereka tidak menganggap Otilie sebagai keturunan orang darah sini. Kau mempunjai otak jang tjerdas, kata Baby selalu pada Otilie. Dan sering-sering Otilie chawatir bahwa kedua orang kawannja itu akan mengetahui bahwa ia tak tahu membatja atau menulis.

Rumah tempat mereka tinggal dan beroperasi adalah sebuah gedung tua berbentuk seperti nenek-nenek kurus, dan mempunjai teras jang ditumbuhi bunga bouganville. Walaupun tak ada papan jang tergantung dimukanja penduduk setempat selalu menjebutnja Champs Elysées, Pemiliknja, seorang nenek invalid, mengurus dan memimpin rumah itu dari kamar tidurnja ditingkat paling atas, sambil duduk dikursi gojang dan menghabiskan sepuluh sampai duapuluh botol Coca Cola setiap hari. Bila dihitung dirumah itu terdapat delapan orang wanita jang bekerdja untuknja. Semuanja, ketjuali Otilie, berumur tiga puluh tahun keatas. Di sendja hari, bila wanita-wanita ini sedang duduk berdjadjar diserambi muka sambil mengipas diri mereka dengan kipas daripada kertas, maka nampaknja Otilie seperti seorang anak jang sedang dimabuk impian, dikerumuni oleh kakak-kakaknja jang lebih djelek wadjahnja.

Ibu Otilie, sudah meninggal, sedang ajahnja pulang ketanah airnja, Perantjis, sedang ia dirawat oleh suatu keluarga petani dibukit, jang mempunjai beberapa orang anak laki-laki, jang kesemuanja telah pernah memperkosa Otilie ketika mereka masih muda, ditempat-tempat jang teduh dan tersembunji dikebun mereka. Tiga tahun jang lalu, ketika Otilie berumur 14 tahun, ia tiba di Port-au-Prince untuk pertama kalinja. Perdjalanan dari kampungnja itu memakan waktu dua hari semalam, dan ia membawa sekarung beras gandum seberat sepuluh pon, untuk didjual. Tetapi karena ia merasa keberatan. Otilie dalam perdjalannja membuang gandum itu sedikit demi sedikit untuk didjual. Otilie duduk dan menangis karena merasa ngeri memikirkan kemarahan keluarga petani itu bila ia datang tanpa uang pendjualan gandum. Tetapi tangisnja segera hilang karena seorang laki-laki datang dan menghiburnja. Orang laki-laki itu membelikan Otilie kelapa muda, dan membawanja ke Champs Elysées, dimana pemiliknja adalah kerabat orang laki-laki itu. Otilie hampir-hampir tak pertjaja akan kebahagiannja sekarang, segala piringan hitam, sepatu daripada satin dan orang-orang jang mengadjaknja bertjanda itu semua aneh dan hebat baginja. Sama hebatnja dengan bola lampu jang tergantung dibiliknja, jang ia tak pernah merasa djemumenjalakan dan memadamkannja lagi.

Dalam waktu singkat Otilie mendjadi sangat populer dikalangan kaum hidung belang, pemiliknja dapat menuntut harga jang tertinggi, dua kali lipat, untuk Otilie, dan Otilie mendjadi genit dan senang duduk berdjam-djam dimuka tjermin untuk menghias mukanja. Ia djarang sekali terkenang akan kampung dibukit tanah asalnja, namun setelah tiga tahun hidup dikota, masih banjak sekali sifat dan naluri pegunungan jang dimilikinja: angin sedjuk pegunungan seperti masih meniup disekitarnja, suaranja jang bervolume tinggi tidak berubah dan telapak kakinja, jang keras seperti kulit biawak, tak pernah mendjadi lunak karena hidup barunja ini.

Bila kawan-kawannja mempertjakapkan tjinta, dan laki-laki jang mereka tjintai, Otilie mendjadi gelisah. Bagaimana kau tahu bahwa kau mentjintai seorang laki-laki, tanjanja. Oh, djawab Rosita sambil matanja membasah hangat, kau akan me-HORISON / 154