Lompat ke isi

Halaman:Horison 05 1968.pdf/17

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini belum diuji baca

SAPARDI DJOKO DAMONO

KEPADA SEORANG ALGODJO

masihkah tanganmu terpertjik darah, saudara ? duduklah
dan djangan gugup. iblis mana pula telah menundukkan
negri dalam nuranimu; alangkah kotornja badju dan tjelanamu.
ah, toh kami bukan lagi mendjadi saudaramu

orang jang menusukkan fitnah dari samping, pandanglah kami
dan djangan gugup kenapa mesti kaubunuh saudara²mu seadiri jang terbaik;
pastilah tak putus2nja bermimpi buruk kau
sehabis pesta harum bunga, rapat gelap dan bisik2 rahasia

sudahlah, Tuhan kami telah kautikam dan kaubakar
dan negeri perkasa dalam nuranimu runtuhlah pelahan2
kaupun bergelandangan, buruan dirimu sendiri
tanpa kerabat, toh kami bukan lagi saudaramu

1965

SADJAK TUTUP TAHUN, 1965

menitiklah djuga achirnja, dari kelopak2nja jang lelah
airmatamu jang terpahit
suara Judas berkumandang kembali, dan sekawanan machluk malang
menusukkan tangan2 mereka jang terbakar kelangit, kebumi

barangkali kelepak kasih-sajang tiada terdengar lagi disini
dan didjalanan: pisau2 berkilat dalam dendam
pandanglah dengan duabelah matamu jang letih lantaran tjuriga :
anak2 jang kehilangan bapa dan perempuan2 tidur tanpa suaminja

ja, saudara2ku jang tertunduk dalam duka jang pandjang
kembangkan lengan2mu jang berkeringat, tegakkan pundakmu penat
kita bangunkan kembali kasih-sajang, selama kau tahu
bahwa Judas tidak mendjual Kristus, tapi dirinja sendiri

LONTJENG DALAM HUDJAN

Kita mendengar suara lontjeng
menjusup rintik hudjan; barangkali bermula dari menara
dipusat kota.
Kaupun bertanja: siapa gerangan menarik talinja.
hingga gemetar katja2 djendela, dimalam buta,
rumah dalam diri kita?

Kutjium keningmu: barangkali sadja sangketa
atau huruhara jang terlebih dahulu memberi pertanda
jang bakal merobohkan bangunan terbaik
dalam diri kita ;
wahai, barangkali kita harus berangkat
sebagai buruan, sebagai mangsa.

Pedjamkan matamu, dan djangan gugup,
barangkali pula lontjeng adalah awal dari tjahaja
jang bakal menaklukkan bajangan2 hitam, pendjuru2
dalam kota serta lembah
dalam diri kita.
Kita harus tetap pertjaja !

1966

TJERITA ANAK-AJAM

Seekor anak-ajam mentjiap2 didjalan ketjil itu;
dimana induknja, tanjamu. Akupun tentu sadja tak tahu.
Barangkali ia adalah anak-ajam kita
jang menetas minggu jang lalu, lihatlah bulu2nja jang putih;

betapa gugupnja, mentjiap2 kesana-kemari,
terlepas dari Kasih-sajang, tak tahu kemana mesti pergi.
la lari kalau kaudekati
sebab tak mengerti arti kata²mu,
induknja pastilah sedang mentjari makan
mengais sampah bersama anak2nja jang lain;
kasihan anak-ajam itu, katamu, bingung terpisah sendiri disitu.

Tapi barangkali ia anak-ajam jang nakal
jang mandja dan biasa mengganggu saudara2nja,
lalu dipatuk induknja dan diasingkan supaja djera.
Djangan termenung, barangkali kitapun anak2-ajam
jang djahat, diasingkan dan terpisah dari Induk kita;
tapi apakah kita pernah djera, tanjamu.
Aku diam. Panas benar hari ini !

1966

HORISON/145