Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 04.pdf/32

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

1658

jang poelen, maka habislah penoeh nadjis kekantong Hoestan Lantaran itoe.

Satelah di lihat ija masoek kekalem moeloetnja kekantong itoe, maka di sangkanja soenggoeh boewah mangga, laloe di rogonja kedalem kantong itoe, maka laloe habis penoe nadjis tangan kanannja Hoestan Lantaran itoe, maka laloe terkedjoet serta di lontarnja kekantong itoe, sambil ija mentjioem tangannja, njatalah bahoe nadjis hasem hasem, maka mendjadi terlaloe amat sangat marahnja, serta katanja: Hai Hoestan sangat doerhakanja orang ini, nadjis di berinja kita, dan sekarang ini sigralah angkau toeroen, dan djikaloe tida angkau toeroen akoe penggal poehoen mangga ini dengan golokkoe ini si oentang anting namanja, maka beberapa di penggalnja dan di soeroenja toeroen, maka ija tida maoe serta gemeter segala anggautanja ketakoetan.

Maka Hoestan Lantaran poen mengoenoes goloknja serta di potongnja poehoen itoe, maka laloe sigra berseroe seroe katanja: adoeh bapa! djanganlah di potong poehoen ini, kelak akoe goegoer keboemi serta poehoen ini, nistjaja pata segala toelang sendinja akoe, Wai indoeng koering engkee hêula koering toeroen, bijarlah kami toekarken kekantongmoe itoe dengan kekantongkoe ini, bijarlah akoe ambil kantong jang kena nadjis itoe, djanganlah di goesari kita.

Maka kata Hoestan Lantaran, djikaloe akoe ambil kekantong ini, akoe penggal lehermoe poewaslah rasa hatikoe.