Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 02.pdf/440

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

919

ka dalem itoepoen djikalae sesoenggoenja jang demikijan berboeni namanja negrikoe den namakoe, seperti kata segala negri, bahoewasanja sanget berboedi lagi tijada moengkir barang djandjinja, maka djikaloe akoe menoeroet hawa napsoekoe hilanglah namakoe den nama negrikoe jang meshoer itoe, maka dalem itoepoen djikaloe ija bermaksoed, tetapi toewan poetri Mahroem Siti tijada dalem negri, apakah kelak persembahankoe kepadanja.

Maka sembahnja sekalijan anak radja radja itoe sekalijan, ja toewankoe; djikaloe telah demikijan, maka toewan pesembahken toewan poetri Tjindra Sari, kerna ija hendak ganti poetri jang hilang djoega, maka di sanalah apa barang kehandaknja, maka djikaloe ija hendak mati dengen nama jang baik, den hamba poen hendak mati bersama sama dengen nama jang baek, kerna pada pikir hamba jang hina ini djikaloe ada hajat di dalem badan, maka berobahlah adat negri, den kelakoewan orang negri, kerna peri bahsa orang itoe kendati roesak negri djangan roesak adat, kata pengarang sekalipoen roesak diri djangan roesak nama kita.

Satelah itoe maka kata Soeltan, djikaloe demikijan baeklah pergi angkau sekalian mantrikoe, tetapi angkau djaga djoega dengen segala raijat, serta berlengkap dengen sendjatamoe, maka baliroelah angkau memboeka pintoe kota itoe, maka mendjagalah hati hati seorang, djikaloe ija hendak melawan dengen perang, baroelah angkau