Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 02.pdf/253

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

732

loe demikijan bentjilah toewan radja moeda melihat kita, den baeklah soedarakoe kataken jang koeda itoe kita djoewalken pada pendjoeroe negri, pada seorang soedagar Moestari namanja, di dalem kampoeng Karang Sari, sepaja ija taoe dalem negri banjak segala jang tjemer tjemer, dari pada penjamoen di djalanan itoe.

Maka kaia Sahbandi, toewankoe nantiken djoega pada tempat ini, den djanganlah toewan pergi kemana mana.

Sahoetnja baeklah: tijadalah akoe laloe pada tempat ini, kerna djikaloe akoe laloe angkaulah kena di hoekoemnja, maka tijadalah akoe ini maoe berboewat nama jang kedji atas soedarakoe kedoewa, mati akoe di boenoe Soeltan, tida akoe takoet mendjawab dija.

Setelah itoe maka Sahbanda poen pergi, serta di persembahken pada Soeltan moeda.

Setelah Soeltan moeda mendenger chabar itoe, maka merah pedem warna moekanja, serta bersikep dengen selengkepnja, serta berkata: Hai bedebah kedoewa! di mana adanja si bebel itoe? sekarang koeboenoe djoega padanja itoc, sepaja poewas rasa hatikoe.

Maka sembahnja adalah toewankoe, pada loewar negri.

Maka anak radja poen sigra keloewar dengan marahnja, den Sahbanda poen sanget ketakoetan, serta dengen mengiringken dari belakangnja. Setelah sampe keloear negri, maka anak radja poen melihat roepanja seperti saekor kera