Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 02.pdf/224

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

703

kaloe ija terhoekoem oleh radja nistjaja akoe mati djoega sebab ia istrikoe jang akoe kasih ini.

Setelah soeda berpikir demikijan, maka anak radja poen kelengerlah, den pangsan tijada habarken dirinja, setelah inget dari pada pangsannja, maka laloe ija meminta doa kepada Toehan Rabboel alamin, maka laloe naek poela keatas koedanja, maka dengen koewasanja Toehan jang melakoeken atas jang mengarang, maka kelihatan Indra Paulana Tamsil Maripat di tepi hoetan, lagi berdjalan seorang dirinja dengen goepoenja.

Maka anak radja poen melariken koedanja, maka pada pertengahan djalan Sahbahda hendak keloewar dari dalem hoetan, aken memboeroe Indra Paul: na Tamsil Maripat itoe, setelah sampe maka laloe menjembah kaki toewannja.

Maka anak radja poen sanget marahnja, serta katanja: Hai Indra Paulana, inilah perboeatan diri, den sekarang ini terlebih baek angkau poelang kedalem negri Toral Arkan serta Sahbanda kedoewa Sahbandi, den djangan angkau lama di sini, kerna djikaloe angkau ada pada tempat ini, nistjaja angkau di hoekoem oleh Soeltan.

Maka sahoetnja Indra Paulana Tamsil Maripat, mengapa kita di socroenja poelang kenegri Toral Arkan, den djikaloe tanggoeng tanggoeng poelang di Toral Arkan, baeklah toeankoe kirim beta poelang kedalem negri beta sendiri.

Maka kata radja, Hai Mahroem Siti: djangan banjak bitjaramoe, den djikaloe akoe pegal batang lehermoe pada tempat ini sijapa lagi meng-