Pada achir perang dunia ke-II, neguru-negara Arab telah berhasil melepaskan diri dan mendjadi negara merdeka jang berdaulat penuh, tetapi pengaruh-pengaruh asing serta sisu-sisa pendjadjahan itu masih ada. Dalam hal itu jang sangat merasakan tekanan-tekanan tersebut adalah Mesir, karena terusan Suez beruda diwilajahnja masih diduduki Inggris. Pula terusan itu adalah merupakan bagian integral dari wilajah Mesir tetapi keuntungan dari Perusahaan Suez itu hanja sebagian ketjil sekali jang masuk ketangan Mesir. Begitu pula Jordan sebagai negara jang merdeka, tentaranja ada dibawah pimpinan opsir-opsir asing dan terdapatnja pangkulan-pangkalan militer asing dinegeri itu. Pula negeri itu hidupnja sangat tergantung kepada subsidi lnggris, sehingga politik luar negerinja akan terikat kepadanja.
Sebagian pelopor dari usaha pengikisan dan pelenjapan sisa-sisa kolonialisme asing adalah Mesir. Hal itu bersangkutan dengan adanja pergolakan dalam negeri. Pergolakan Nasionalisme Mesir memuntjak setelah Mesir mengalami kekalahan peperangan dengan Israel pada tahun 1948 dan bertahan diperbatasan Palestina. Kekalahan Mesir itu merupakan tamparan jang keras terhadap opsir-opsir. Mesir, karena sebagai negara Liga Arab, Mesirlah jang paling kuat dan diharapkan akan memperoleh kemenangan-kemenangan. Timbul pertanjaan apakah sebab kekalahan itu, ternjata alat-alat sendjata jang dikirim kemedan pertempuran adalah alat-alat jang rusak. Djadi adanja korupsi dalam pembelian alat scndjata oleh Kementerian Pertahanan. Selain itu Farouk hidupnja terlalu mewah, dan terdapat pula korupsi dilingkungan bawahannja. Opsir-opsir muda menuntut supaja diadakan pembersihan, baik dalam kalangan angkatan perang maupun diluarnja. Tetapi Farouk malah bertindak sebaliknja dengan menjuruh menangkap opsir-opsir jang mengadakan tuntutan itu.
Pada tanggal 23 Djuli 1952, sekomplotan opsir berhasil mengadakan perebutan kekuasaan tanpa mengalirkan darah. Pelopor dari revolusi itu Kolonel Nasser. Djendral Nadjib karena dipandang lebih tua, maka lalu diserahi tampuk pemerintahan militer. Beberapa hari kemudian tanggal 26 Djuli 1952 Farouk diturunkan dari tachta dan berachirlah keturunan Ali jang memerintah selama satu abad di Mesir. Pada tanggal 18 Djuli 1953 Mesir
112