Halaman:Dr Soetomo Riwayat Hidup dan Perjuangannya.pdf/48

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

lemah-lembut dibudjuknja ibundanja, supaja suka berhenti berpuasa untuk mendjaga kesehatan. Achirnja sang ibupun menuruti nasihat anaknja dan sedjak itu untuk selandjutnja barulah berpuasa, apabila badannja benar-benar sehat.

Djuga anggota keluarganja jang lain selalu diperhatikan keadaannja. Ia merasa senang, apabila mereka itu mendapat kesenangan, sebaliknja sangat sedih, apabila ada jang menderita kesukaran dalam hidupnja. Pernah ia menangis, karena mengetahui seorang kemanakannja perempuan bertengkar dengan suaminja.

Diantara kemanakannja jang perlu disokong, terutama untuk peladjarannja, diberikan sokongan seperlunja. Tetapi orang lainpun tidak sedikit jang diberinja sokongan, diantaranja ada jang dibantu dengan diam-diam, agar bantuan itu tidak diketahui orang.

Pada waktu Dr Soetomo sudah meninggal dunia dan djenazahnja tengah disutjikan dirumahnja, di Simpang Dukuh, Surabaja, datanglah seorang pemuda jang menjerbu ketempat djenazah disutjikan itu sambil menangis dan menjebut-njebut: 'Bapakku, bapakku!' Semua anggota keluarga dan orang-orang jang hadlir lainnja, heran tertjengang-tjengang dan mengira, bahwa pemuda itu sakit ingatan, karena ia bukan anggota keluarga, bahkan tak ada orang jang kenal padanja.

Belakangan orang mengerti, bahwa pemuda itu adalah salah seorang dari mereka jang dengan diam-diam disokong beaja sekolahnja oleh Dr Soetomo. Pemuda jang menangis itu adalah seorang murid N.I.A.S. di Surabaja, jang kemudian dapat melandjutkan sekolahnja pula, dan kini telah mendjadi dokter, ialah Dr Abdulmanap.


PERNJATAAN ORANG-ORANG TERKEMUKA TENTANG DR SOETOMO

Pendapat seseorang tentang sifat orang lain jang semurni-

43