Halaman:Dr Soetomo Riwayat Hidup dan Perjuangannya.pdf/36

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

itu Budi Utomo bersifat perhimpunan untuk umum, bukan untuk kaum peladjar sadja sebagai semulanja.

Selain menuntut tjita-tjita bagi kemadjuan pengadjaran dan kebudajaan, Soetomo djuga sering berhubungan dengan orang-orang Belanda jang terkenal dalam dunia kerochanian. Dengan Ing. Meyl, seorang pemimpin theosofie jang terkenal dan dengan D. van Hinloopen Labberton kerap kali ia mengadakan perhubungan. Dari kedua ahli kebatinan itu ia sering menerima berbagai-bagai nasihat dan petundjuk mengenai soal-soal kerochanian.

Kedua orang Belanda tersebut djuga berdjasa kepada Budi Utomo, karena banjak kenalan mereka diantara para pembesar Pamong Pradja jang meminta pemandangannja terhadap perhimpunan jang didirikan oleh peladjar-peladjar itu. Diantara pembesar-pembesar itu ada jang menjangka Budi Utomo berbahaja bagi pemerintahan. Berkat pemandangan jang diberikan oleh kedua orang tersebut dengan sedjudjur-djudjurnja, maksud mereka jang semula akan memberantas gerakan Budi Utomo itu berbalik mendjadi tindakan jang bersifat membantu.

Pada waktu hari lahir resmi Budi Utomo, tanggal 20 Mei 1908, Soetomo berumur 19 tahun dan masih harus tiga tahun lagi menjelesaikan peladjarannja di Sekolah Dokter itu.

SOETOMO SEBAGAI SUAMI

Sebagai seorang suami, Dr Soetomo rupanja tidak sangat beruntung. Ia baru kawin setelah berumur 30 tahun. Salah satu sebab dari perkawinannja jang sekasip itu ialah karena ia merasa sukar memilih djodoh.

Kisah perdjodohannja dengan Njonja E. Bruring dituturkan sebagai berikut:

Waktu Soetomo bekerdja dirumah sakit Zending di Blora pada tahun 1917, pada suatu hari ia pergi kestasion kereta-api untuk mendjemput zuster baru. Zuster itu ternjata seorang njonja Belanda jang berbadan kurus, ber-

31