Halaman:Dr Soetomo Riwayat Hidup dan Perjuangannya.pdf/28

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Tak dapat dilukiskan betapa sedih dan pilu hati Soetomo, waktu menerima surat kawat jang berisi berita kematian ajahnja itu. Didalam buku kenang-kenangannja dituliskan kemudian segala perasaan jang timbul pada waktu itu, dimana disamping kebingungan dan kesedihan terbajang adanja rasa tanggung-djawab atas nasib ibu dan adik-adiknja:

'Siapa jang dapat merasakan kesusahan jang menimpa diri saja? Tidak ada seorangpun didunia ini, ketjuali barangkali mereka jang ada didalam keadaan sebagai diri saja. Saja tidak dapat melukiskan, betapa besar kesusahan dan betapa pekat kegelapan jang meliputi hati saja. Dari sahabat karib saja tidak ada seorang djuapun jang dapat menghibur saja, meskipun mereka itu turut berduka-tjita. Saja ingat akan nasib ibu saja, saja ingat betapa akan nasib adik-adik saja jang kehilangan pelindung jang menaunginja, kehilangan tongkat penjandarkan diri. Ja, mereka kehilangan segala-galanja, terhitung djuga kesanggupan ajah hendak menjekolahkan mereka sampai ditingkatan jang paling tinggi, guna ketjerdasan mereka dan guna kepentingan bagi masjarakat.

Apakah salah kita? Adakah Tuhan adil?'

Soetomo menulis lebih landjut:

'Kematian ajah saja mengandung arti suatu hukuman bagi saja jang tiada terduga dalamnja, tiada terukur besarnja, berarti pula kehilangan kehormatan, malah djuga mendapat malu dan seolah-olah mendapat hinaan pula. Saja merasa, bahwa orang-orang disekeliling keluarga saja telah berubah sikapnja. Penghormatannja, kemurahan hatinja, kemanisan tutur katanja, keramah-tamahan tingkah-lakunja pada perasaan saja ternjata hanja pulasan luar sadja, tiada sungguh-sungguh sampai kelubuk hatinja. Semua itu karena akibat kematian ajah saja.

Ada pula setengahnja orang jang mendjenguk keluarga saja, bukannja dengan maksud hendak menjatakan turut berduka-tjita, melainkan hanja terdorong oleh ingin-tahu

23