Ada manusia cukup lapang dada. Timbunan ajab
Menantang segala ancaman
Duh, hari-hariku yang telah berangkat, selamat jalan saja!
Dari tingkap yang membuka langit ke dunia ini, kutahu
Sahadat tak punya agama. Makin tua
Manusia kian hilang setia
Mari hari-hariku yang kan tiba, kuraihkan tanganku sayang
Kupentangkan daun pintu kehidupan, selamat datang!
- (Surat Cinta Enday Rasidin, 1960)
Kususuri malam dengan jemariku. Nafasnya
sepi angin laut. Kutumbangkan ia. Tak ada
satu lelaki cukup setia pada satu perempuan saja
Angin bangkit mengusap kita yang hidup dalam
mimpi
Karena ini kota menuntut kepercayaan, sedang
semua telah lepas seperti harapannya yang tersia.
- (Surat Cinta Enday Rasidin, 1960)
Konflik batin yang terjadi karena pengkhianatan cinta lebih jelas tampak dalam sajak Sitor Situmorang "Cathedrale de Chartres":
CATHEDRALE DE CHARTRES
Akan bicarakah Ia di malam sepi
Kala salju jatuh dan burung putih—putih?
Sekali-sekali ingin menyerah hati
Dalam lindungan sembahyang bersih
Ah, Tuhan, tak bisa lagi kita bertemu
Dalam doa bersama kumpulan umat
Ini kubawa cinta di mata kekasih kelu
Tiada terpisah hidup daripada kiamat
Menangis ia tersendu di hari Paskah
Ketika kami ziarah di Chartres di gereja
136
Citra Manusia dalam Puisi Modern Indonesia 1920-1960