Lompat ke isi

Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/144

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Seringkali terjadi pertautan antara seseorang dengan orang yang dicintainya. Namun, si aku lirik dalam sajak Kirdjomuljo "Nisan" berpendapat bahwa meskipun ada pertautan itu hidup si aku tetap milik si aku lirik itu sendiri.

NISAN

....

Ada tali antara ibu dan kelahiranku
ada cinta, antara lahirku dan harapannya
tapi bukan tali ikatan kehadiran
Bukan tali membelit gairah dan rambutku
darah yang mengalir dalam tubuhku

bukan darah ibu, bukan darah orang lain
juga nafas dan cinta, milikku sendiri

....

(Romance Perjalanan I, 1955)

Karena adanya kesadaran seperti dikemukakan di atas, si aku lirik yakin bahwa hidup ini harus dijalani secara mandiri, tidak bergantung pada orang lain. Dengan demikian, di sini kita temukan citra manusia yang mandiri, yang berani bertanggung jawab.

Umur manusia makin hari makin bertambah. Dengan bertambahnya usia itu akan terjadi kematangan dan kedewasaan pada diri manusia sehingga ia mampu menerima dengan tabah segala nasib yang tiba padanya. Demikian diungkapkan Ajip Rosidi dalam sajak berikut ini.

HARI DEMI HARI

Hari demi hari meninggal, usia bertambah dewasa
Tahu makna hidup mengurai senyum, hianat manusia
Alangkah lapang dada yang mau menerima. Segala derita
Hanya cobaan belaka

Hari demi hari kembali datang, usia kian tua
Tahu makna hidup saling berbantahan, hilang percaya

Manusia dan Diri Sendiri135