Lompat ke isi

Halaman:Bujang Piaman Jo Puti Payuang Lauik.pdf/9

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

sudah sangat jauh dari kampungnya. Rupanya Balang Candai memang agak parah kakinya dan tidak bisa ditunggang lagi. Sutan Sari Alam, merasa bingung bagaimana caranya membawa Payuang Lauik kembali pulang karena dia tidak biasa membonceng naik kuda. Kesempatan ini dipergunakan oleh Bujang Piaman menawarkan dirinya untuk membawa Payuang Lauik pulang dengan dibonceng dengan kudanya sendiri, si Itam Manih, dan Puti Payuang Lauik juga mau sedangkan kudanya si Balang Candai dituntun oleh Bujang Labiah, teman Bujang Piaman, dan mereka berjalan berombongan.

Sesampai di istana Parik Batu, Puti Payuang Lauik disambut oleh ayahnya dan dituntun naik ke istana sedang Bujang Piaman beserta teman-temannya minta izin untuk kembali ke Simpang Ampek dan Balang Candai dibawanya untuk diobati di sana. Ayah Payuang Lauik sangat berterima kasih atas pertolongan Bujang Piaman kepada putrinya.

Sesampai di rumahnya Bujang Piaman terus mandi dan sem bahyang, ibu dan ayahnya sudah menunggu untuk makan bersama-sama. Dari mulai sampai di rumah ibunya sudah memperhatikan perubahan sikapnya dan ibunya menanyakan apakah persoalan yang dihadapinya. Karena didesak oleh ibunya maka diceritakanlah oleh Bujang Piaman apa yang telah terjadi dan dengan peristiwa itu dia telah jatuh cinta pada Puti Payuang Lauik. Mendengar cerita anaknya, ibu Bujang Piaman merasa cemas dan menasihat kan agar Bujang Piaman menghilangkan pikiran yang demikian karena tidak mungkin dia akan dapat meneruskan hubungannya dengan Puti Payuang Lauik karena dia adalah dari rakyat biasa sedang Puti Payuang Lauik adalah anak raja dan tak mungkin akan menjadi jodoh Bujang Piaman.

Beberapa hari kemudian sesudah Balang Candai sembuh betul Puti Payuang Lauik pergi ke rumah Bujang Piaman dengan kakak nya Sutan Sari Alam.

Betapa herannya dia melihat besarnya rumah Bujang Piaman, tetapi tidak pakai anjungan seperti rumah bangsawan. Di sini dia merasakan kebebasan dari kungkungan lingkungan adat yang sangat keras.

8