— 114 —
Villefort berdiam sekoetika lamanja laloe ija berkata dengen soewara sabar: „Toewan! satoe keberatan besar aken dirimoe, ada terbit dari pada pemeriksaänkoe ini. Maka kami tida berkoewasa lagi aken lepasken kaoe sekarang djoega seperti tadi kami telah berniat; sebelon kami biarken kaoe berdjalan poelang, kami misti bermoefakat doeloe sama kawankoe. Sementara itoe kaoe soedah melihat, tjara begimana kami telah berlakoe padamoe."
„Ja, Toewan!" sahoet Edmond: „dan saja ingin njataken soekoer hatikoe padamoe; kerna lakoemoe padakoe ada lebih banjak seperti lakoenja sobat, dari pada seperti lakoenja hakim."
„Sekarang, Toewan!" kata poela Villefort: „kami misti tahan doeloe kaoe ini aken sedikit tempo. Keberatan ijang paling besar aken dirimoe, ijalah ini sepoetjoek soerat, dan kaoe lihat ...."
Sambil berkata begitoe, Villefort itoe mengamperi pada peräpian, *) limparken itoe soerat ka dalem api, dan awasi sampe soedah terbakar habis; kemoedian ija teroesken omongannja tadi dengen berkata: „dan kaoe lihat, tjara begimana akoe linjapken itoe."
„Oh, Toewan!" kata Edmond: „kaoe ini ada lebih dari adil, kaoe ini seorang soetji !"
- ) Di benoewa Europa, pada moesin dingin, orang ada taro di dalem kamar atawa pertengahan, soewatoe perapian, di mana orang boleh membakar kajoe atawa areng, soepaja hawa di kamar itoe djadi angat adanja.