— 92 —
lain tampat ijang lebih baik, aken ija dapatken itoe. Saja djandji padamoe, Nona! bahoewa djikaloe ada satoe perkara ijang boleh terbitken rasa seperti itoe, saja nanti oendang kaoe menonton."
„Ija bikin kita goemetar hati," kata nona René dengen poetjat warna parasnja.
Toewan Villefort menengok pada toendangannja itoe, laloe berkata:,,Apatah sekarang saja nanti bilang? Di dalam hal itoe seperti ada kalahian di antara pesakitan dan saja. Soedah lima atawa anem kali saja memoetoesken hoekoeman mati aken orang ijang tertoedoeh ada salah di dalam perkara negri ..... Brangkali djoega di ini waktoe ada banjak orang menggosok golok dengen semboeni, atawa ada banjak golok ijang diantjamken padakoe ini."
„Ach, Allahkoe!" kata René dengen berdoeka: „apa kaoe berkata dengen benar, Toewan Villefort ?"
„Dengen benar sekali, Nona!" sahoet Villefort dengen tersenjoem: „Dan semingkin ada banjak perkara, semingkin tambah djeleknja hal dirikoe ini. Sedang begitoe, djikaloe baroesan Nona René berkata ingin menonton pengadilan periksa perkara besar, saja poen ingin ada lagi perkara begitoe, kerna di dalam perkara begitoe saja bekerdja dengen bernapsoe, maskipoen hal itoe nanti tambahi banjaknja orang ijang gosok-golok. Aken tetapi ingatlah begini: apa soldadoenja Napoleon nanti berpikir doeloe, kaloe ija maoe menjerang pada moesoeh? apa ija nanti merasa doeka, kaloe ija misti boenoeh satoe moesoeh, biarpoen siapa djoega adanja moesoeh itoe? tentoe tida, boekan? Hal itoelah sadja ada mengentengken pikiran kita-orang di dalam menghoekoemi sasama manoesia."