— 91 —
djaän ini; tapi kaloe ija bertachta, ija poenja penggawe- penggawe misti berhati tegoeh dan tetap: marikalah itoe ijang berdaja aken tjegahken perkara-perkara djahat."
„Ja. Tapi, Njonja!" kata Villefort dengen tersenjoem: „Wakil-Procureur Baginda Radja selamanja poen baroe kalihatan, djikaloe kadjahatan telah terdjadi."
„Kaloe begitoe, dialah ijang wadjib poenahken itoe," kata njonja Markies.
„Saja boleh bilang padamoe, Njonja!" kata poela Villefort: „bahoewa kita-orang boekan poenahken itoe, hanja berboeat djahat atas hal itoe."
„Ach, Toewan Villefort!" kata satoe nona moeda ijang eilok, anaknja Graaf Salvieux: Salagi kita-orang masih ada di ini kota Marseille adakenlah paperiksaän perkara besar. Saja belon sekali taoe menonton pengadilan-besar bersidang, dan orang bilang, menonton itoe ada enak sekali."
„Dengen sabenarnja djoega, enak sekali, Nona!" sahoet itoe Wakil-Procureur: „kerna segala perkara doeka dan tjilaka ada terdengar di sitoe, ijang terdjadi dengen sasoenggoehnja, boekanlah seperti di panggoeng wajang. Orang hoekoeman atawa pesakitan ijang kelihatan di panggoeng wajang, dia itoelah pada sasoedah kain pedengan ditoeroenken berdjalan poelang ka roemah sendiri, berdoedoek makan dan minoem serta anak istrinja sendiri dan tidoer dengen senang, hingga di lain sore ija boleh berlakoe kombali sabagimana ijang telah soedah; tapi orang hoekoeman ijang kalihatan di depan pengadilan, ija poelang ka pemboewian, di mana ija dapatken algodjo ijang menoenggoe padanja. Maka djika saorang berhati lembek ingin mendapat rasa piloe hati ijang sangat, tiadalah ada