— 243 —
„Tida salah," berkata ija pada achirnja.
„Beginilah adanja, ini kaoe poenja kamar toetoepan berwates pada galderij ijang paling loear soewatoe emper ijang mengoelilingi pemboeian dan ijang terdjaga oleh soldadoe."
„Apa kaoe taoe betoel?"
„Akoe lihat topi soldadoe dan oedjoeng senapannja, dari sebab itce ako soedah tarik kombali kepalakoe dengen tjepat sebab akoe takoet kaloe dia dapet lihat padakoe."
„Habis?" bertanja Dantes.
„Akoe lihat sendiri, ijang kita-orang tida bisa lari dari sini."
„Apa daja kita sekarang?"
„Kita haroes pertjaja sadja pada Toewan ijang Maha Koewasa." Sambil berkata begitoe roepanja orang toewa itoe teramat sedih.
Dantes memandang lama moekanja orang toewa itoe ijang dengen sabar memoetoesken pengharepannja ijang telah lama di permaksoedken.
„Maoekah kaoe sekarang membri taoe namamoe ?" bertanja Dantes.
„Ja baik! djika kaoe kepengen taoe maskipoen akoe soedah tida bisa menoeloeng lagi satoe apa padamoe.
„Kaoe bisa menoeloeng padakoe, kaoe bisa menghiboerken hatikoe, dan kaoe bisa menoendjang padakoe, sebab akoe lihat ijang kaoe ada seorang ijang amat koeat."
Orang itoe tersenjoem dengen roepa sedih dan ija berkata:
„Akoelah Padri Faria ijang sedjak tahon 1811 tertahan dalem benteng d'If, tapi lebih doeloe akoe soedah ditoetoep dalem benteng Fenestrelles tiga tahon lamanja. Dalem tahôn 1811 orang membawa akoe dari Piemont ka Frankrijk. Koetika itoe akoe mendenger kabar ijang Napoleon soe-