Halaman:Boekoe Tjerita Graaf De Monte Christo - 08.pdf/35

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 461 —

„Sekarang.... slamat djalan anakkoe!" kata poela Morrel: „akoe ingin tinggal sendiri sadja. Kaoe nanti dapetken akoe poenja soerat wasiat di tempat soerat-soerat dalem kamarkoe."

Maximiliaan tinggal berdiri diam hatinja ada niat aken berlaloe, tapi badannja males mengisar; kerna maskipoen ada berniat, hatinja itoe ada merasa berat sekali.

„Dengarlah, Maximiliaan!" kata poela toewan Morrel: „tjoba kaoe oepamaken, bahoewa akoe ini seorang balatantara seperti kaoe, dan akoe dapet perintah aken memoekoel pada satoe benteng, sedang kaoe ini ada merasa dengen pasti, ijang akoe nanti terboenoeh pada waktoe akoe serang benteng itoe; apa kaoe tida nanti berkata padakoe Berangkatlah, ajahkoe! kerna kaloe ajah berdiam sadja, kaoe tentoe mendapat nama ijang hina; lebih baik djadi mati dari pada dapat maloe."

„Ja, ija! tentoe sekali saja bilang begitoe!" kata Maximiliaan. Kemoedian sambil memeloek pada ajahnja, anak itoe berkata poela: „Ja; berangkatlah, ajahkoe!"

Sehabisnja bilang begitoe, teroes sadja anak itoe berlaloe dengen tjepat dari depan ajahnja.

Sesoedahnja Maximilaan itoe berdjalan pergi, toewan Morrel tinggal berdiri diam sekoetika lamanja dengen memandang pada pintoe: kemoedian ija boenjiken kelenengan, dan sigra djoega Cocles itoe dateng dan njataken ijang ija ada sanget berdoeka. Sebab beringat, bahoewa toewan Morrel tida nanti bisa membajar lagi oetangnja. Cocles itoe ada merasa amat lesoe lantaran berdoeka hati, hingga roepanja djadi kalihatan banjak lebih toewa dari pada di dalem tiga hari ijang baroe laloe.