— 437 —
„la, Toewan Morrel kita orang ada tjinta pada Pharao : tapi sebegimana djoega besarnja ketjintaän orang kapal ija masih lebih tjintai kahidoepan sendiri. Kita-orang tida menoenggoe sampe diperintah doewa kali: si Pharao poen ada seperti merintih-rintih dan berkata pada kita: „Pergilah sigra! Dia tida main-main" kita poen merasa, ijang kapal itoe semingkin lama semingkin tenggelam di bawah kita poenja kaki. Sigra djoega praoe soedah di toeroenken ka ajer dan kita delapan orang toeroen ka praoe itoe. Kapitein berlaloe paling belakang. . . . . .ja, lebih bener kaloe di bilang, bahoewa Kapitein tida berlaloe dari Pharao; kerna saja soedah misti peloek dan limparken dia pada teman- teman di praoe, laloe saja sendiri melompat toeroen. Baroe sadja saja melompat, deknja kapal djadi petjah dengen berboenji keras sekali. Sepoeloeh minut kemoedian kapal kita itoe tenggelam kapalanja; laloe ija berpoetar selakoe andjing memboeroe ekornja sendiri, dan teroes tenggelam seänteronja. Sekarang soedah tida ada Pharao."
„Hal kita delapan orang di dalem tempo tiga hari lamanja tida makan atawa minoem, hingga kita-orang soedah moelai bitjara aken berdjoedi boewat tentoeken djadi makanan teman-teman; sedeng kita lagi berboewat begitoe, kita dapet lihat kapal Gironda. Kita membri tanda dan orang-orang kapal itoe dan ijang mana telah melihat pada kita. Ija-orang kirimken satoe praoe besar, dan kita-orang lantas pindah ka praoe itoe. Demikianlah halnja Pharao dan kita-orang. Toewan Morrel Boekanlah begitoe, teman-temankoe?"
Sekalian teman-teman itoe mengeloewarken sedikit perkataän aken tetapken benernja omongan Penelon.
"Ja, sobat-sobatkoe!" kata toewan Morrel pada itoe
