Halaman:Biografi tokoh kongres perempuan indonesia pertama.pdf/90

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

82

Marakati mempunyai tiga orang adik satu ibu lain ayah yaitu Moh. Noor (Driyodipurwo) yang tinggal dan wafat di Kampung Mangkukusuman Yogyakarta; Supiyani tinggai di Krenekan, Kelurahan Klepu, Kecamatan Ceper, Klaten; dan yang terakhir Ruslin, perempuan, meninggal di Yogyakarta tahun 1940.

Supiyani (Ny. Driyosusastro) adik Marakati yang telah berumur 73 tahun kurang begitu banyak mengingat tentang kehidupan kedua orang tuanya dahulu, karena sejak kecil ikut kakaknya (Driyowongso) dan jarang sekali berkunjung ke tempat orang tuanya itu.

Hal semacam ini dialami juga oleh anak angkat Driyowongso yaitu Moh. Yasir, Yahya (Sunyata), dan Baitum. Masih ter-lintas pada ingatan Supiyani bahwa Marakati tidak dapat membaca dan menulis huruf latin karena dia tidak mengikuti pendidikan secara formal di sekolah. Maldum pada zaman itu jarang sekali anak-anak rakyat kecil diberi kesempatan belajar. Kesempatan bersekolah pada zaman itu di belenggu oleh aturan pemerintah kolonial Belanda. Kesempatan bersekolah masih terbatas bagi anak-anak orang berpangkat atau priyayi; sedang anak petani, pedagang hanya disediakan Sekolah Angka Loro.

Untuk lebih jelasnya dapat kiranya diikuti catatan hasil penelitian Maklenfeld yang termuat dalam harian De Locomotief tentang keadaan pendidikan bangsa kita saat berdirinya Budi Utomo tahun 1908 yang benar-benar memprihatinkan. Di Pulau Jawa dari 1000 orang rata-rata hanya 15 orang saja dapat membaca dan menulis. Bila perempuan dihitung jumlahnya menjadi 16 orang. Sebagai contoh di daerah Madiun dari 1000 orang hanya 24 orang yang tidak buta huruf; di Jakarta 9 orang; di daerah Tangerang 1 orang. Nasib seperti ini dialami juga oleh Marakati Dia hanya dapat membaca huruf Arab dan Jawa. Orang tuanya hidup di pedesaan, maka nasibnya seperti anak-anak lainnya tidak mengikuti pendidikan di sekolah. Sekolah di daerah-daerah terpencil jarang sekali, maka tidak mengherankan mereka yang tinggal di desa, tersebut buta huruf. Walaupun Marakati telah menjadi korban zaman-