Halaman:Biografi tokoh kongres perempuan indonesia pertama.pdf/135

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

127

Dalam hidupnya keluarga Tuti Ismudiati selalu mengamalkan tuntunan ajaran agama Islam dengan penuh ketekunan. Karena itu Tuti Ismudiati dan juga saudara-saudaranya yang lain sejak kecil terbina dalam ajaran Islam. oleh kedua orang tuanya. Asuhan dan bimbingan dalam tuntunan Islam ini yang selanjutnya menjiwai Tuti Ismudiati dan saudara-saudaranya yang lain. Sejak kecil Tuti Ismudiati diberinya bimbingan membaca ayat-ayat suci Al Qur'an. Kehidupan kedua orang tua merupakan penuntun dan contoh bagi anak-anaknya. Demikian juga sifat-sifat religius, kesabaran, kemurahan hati dan sifat-sifat Harjowiyoto sebagai seorang pendidik telah terwariskan kepada Tuti Ismudiati. yang kemudian juga menjadi seorang guru seperti ayahnya. Sifat-sifat Harjowiyoto suami isteri yang ramah-tamah terlihat jelas dalam pribadi Tuti Ismudiati. Ia mudah bergaul dengan siapa pun tanpa membedakan antara kaya dan miskin.

Masih terkenang dengan jelas dalam ingatan adiknya Sri Sukanti, bahwa badan Ismudiati cukup tinggi, kiming kulitnya, lincah, pandai berbicara dan banyak teman. Ia ramah-tamah, sopan, hormat kepada orang tua maupun orang lain. Sifat Mohammad ayahnya yang berpendidikan guru (Kweekschool) dan Sulastri ibunya yang tamatan madrasah tampak tercermin pada pribadi anak-anaknya termasuk Tuti Ismudiati. Semasa Ismudiati kecil anak-anak perempuan belum banyak yang mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan formal di sekolah Belanda, namun Tuti Ismudiati termasuk anak yang beruntung daripada anak-anak perempuan lainnya karena ia dapat masuk Frobel School dan kemudian Holland lslansche School (HIS). Sekolah ini hanya dapat diikuti oleh anak-anak orang Belanda dan juga anak-anak bangsa Indonesia dari keluarga priyayi saja. Pendidikan yang dialami anak-anak bumiputra pada waktu itu benar-benar memprihatinkan. Karena itu tidak mengherankan apabila anak-anak bangsa kita tetap bodoh dan terbelakang. Hal semacam ini telah menjadi program yang direncanakan secara cermat oleh pemerintah kolonial Belanda. Pemerintah jajahan tidak senang melihat kemajuan bangsa kita