Halaman:Balerina Antologi Cerpen Remaja Sumatra Barat.pdf/97

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

bisa disembah di mana saja dan yakinlah sekalipun di penjara, Allah akan bersama kita kalau mau mengingat-Nya."

"Ton terlalu jahat. Ini kali keempat Ton dipenjara, di tempat yang sama. Ton pasti akan lebih disiksa dan yang paling menyedihkan, tidak bertemu Uda lagi."

Napasku kembali tersekat di tenggorokan. Tidak ada masyarakat. Kota Padang yang tidak bergidik mendengar nama Kaing. Perampok yang dua tahun terakhir menjadi momok paling menakutkan. Ternyata, Ton sebelum "hijrah", pernah terlibat dalam kelompok ini. Sekarang Kaing tertangkap dan kemungkinan besar Ton juga akan diciduk. Tetapi, melarikan diri bukan cara baik, apalagi menyelesaikan masalah. Ton harus tetap di sini dan menyerahkan din pada polisi. Aku harus meyakinkannya.

Toni tersedak, kening mengerut, kepala menggeleng, mulutnya setengah terbuka. Kata-kataku seolah menjadi petir di telinganya. Aku sendiri ikut terkejut melihat reaksinya. Sambil berusaha menenangkan diri sendiri dan juga Toni kulanjutkan, berkata, "Tidak, jangan berpikir yang bukan-bukan. Uda tidak akan menjerumuskanmu. Dengan menyerahkan diri kepada pihak kepolisian, mungkin hukumannya akan dipertimbangkan. Lagi pula Ton tidak terlibat langsung penjarahan itu."

"Uda ndak tahu isi hati ini. Ton takut, sangat takut. Pokoknya harus pergi."

"Jangan emosi, istigfar. Tarik napas dalam, pertimbangkan dengan baik. Kalau nanti Ton memutuskan untuk pergi, Uda akan restui dengan syarat, pikirkan dengan matang." Ton terdiam, kubiarkan sampai dentang pukul sebelas mengejutkan. Larut malam sebelum berpisah, kupeluk Sulthon dengan sepenuh rasa, menguatkan. Teriring doa, semoga adikku bisa mengambil keputusan yang tepat.

***

Aku tersenyum. Dari jauh kutatap sosok berwajah bersih dalam penjara kelas II A, Padang. Toni, adikku.

“Da, Ton berjanji, begitu keluar dari penjara ini, Ton sudah pintar mengaji dan akan mengimami orang salat dengan ayat ini. Fabiayyi ala irabbikuma tukadziban."

85