Halaman:Balerina Antologi Cerpen Remaja Sumatra Barat.pdf/91

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

menantangku bermain bersama. Sisa lukisanku tinggal sedikit lagi. Namun, ada saja yang menghalangi pandanganku. Segerombolan anak muda berpasang-pasangan duduk dan berdiri di sekitar gadis yang kulukis. Tapi, sosok gadis itu dibiarkan saja oleh mereka. Bagaikan berbaur dengan batu-batu, mereka tak mengacuhkannya. Memang, anak muda sekarang tidak bisa menghargai karya Tuhan, terlalu terbawa pergaulannya masing-masing. Padahal, gadis itu lebih cantik daripada wanita lain di antara mereka, lebih anggun, lebih cool, lebih sexy. Mereka mana mau peduli dengan semua itu. Andai saja kekasih gadis itu adalah aku, kan kuajak bermesra- mesraan di depan mereka. Agar mereka tahu makna cinta dalam hidup ini, yang mungkin banyak salah diartikan oleh orang banyak. Wajar saja, jika aku berkata seperti itu karena aku sudah bosan, jenuh, dan trauma akan cinta. Andai saja aku kembali memiliki cinta, kan kugenggam dan takkan pernah kulepaskan. Memang, penyesalan datang belakangan.

***

Satu sentuhan, selesailah lukisanku. Akhirnya, tubuh ini bisa bergerak bebas menangkis angin setelah beberapa jam diam. Napasku mulai teratur jalannya dari macet yang semerawut. Mataku sudah lelah bekerja, begitu pula dengan seluruh anggota tubuhku, terlalu letih untuk lembur. Apalagi, sudah tiga hari aku tidak tidur memikirkan masalah-masalah kehidupan yang mulai akrab dengan maut. Setidaknya, mautku bisa diundur jika nanti aku menyerah pada malam dan membiarkan tubuh ini dibelai-belai oleh mimpi.


Kucoba melihat kembali keadaan gadis itu, yang mulai tampak samar karena senja. Hah! Sudah tidak ada lagi! Ke mana dia pergi? Mungkin dia sudah bosan! Atau sudah dapat wangsit dari renungannya? Ha-ha-ha, mengapa juga aku yang sibuk. Cuma mengikis waktu yang makin berlari.

***

Seruan azan magrib merambat cepat ke telingaku, menghipnotis penduduk kampung untuk bergegas ke masjid. Aku turut serta menghiasi panggilannya. Kupanggul tas dan kujinjing lukisan yang baru kubuat. Keadaan masjid begitu ramai, bak merayakan Idulfitri saja. Inikah suasana kampung

79