Halaman:Balerina Antologi Cerpen Remaja Sumatra Barat.pdf/71

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

dijanjikan untuk bertemu. Ia tidak boleh terlambat karena ini adalah satu-satunya kesempatan untuk bertemu.


Helen tidak mandi, hanya cuci muka dan gosok gigi. Ia memilih baju lengan panjang berwarna putih dan celana panjang berwarna biru. Selanjutnya, ia menyemprotkan setengah botol parfumnya untuk menutupi bahwa ia tidak mandi. Jika tidak ada halangan, ia dapat sampai di taman kota dalam waktu seperempat jam. Dan sekarang, lima menit kurang dari pukul duabelas. Di luar sana, hujan mulai turun. Rasanya mustahil. Dengan hati berdebar Helen meninggalkan rumah dan langsung menumpang angkot yang akan membawanya ke taman kota.


Hujan semakin lebat. Awan berubah dari kelabu menjadi hitam pekat. Angin bertiup kencang. Jalan menjadi macet karena air mulai naik. Helen semakin gelisah, berkali-kali ia melirik jam di tangannya. Ia tak henti-hentinya berdoa dalam hati agar ia bisa mencapai tempat itu tepat waktu. Dua puluh menit yang panjang ia habiskan di dalam angkot dengan berdoa.


Helen memang sudah menduganya. Ia terlambat. Di taman itu, tidak ada siapa-siapa. Helen membiarkan tubuhnya basah oleh air hujan. Ia tidak peduli lagi. Ia amat menyesal. Padahal, pukul lima ia sudah bangun. Ingin rasanya Helen menangis. Tetapi, hal itu tidak akan mengembalikan waktu. Menangis tak akan mengubah apa-apa.


Saat Helen hendak membalikkan langkah, ia merasa Seolah jantungnya terhenti. Ia tidak dapat mempercayai matanya. Berkali-kali Helen menggosok matanya. Ia, bahkan, mencubit pipinya untuk memastikan bahwa ia tidak bermimpi.


Di sana, ia melihat balerina ke tujuh menatapnya lembut. Tiba-tiba, Helen merasa pipi dan matanya panas, air matanya merebak. Karena ternyata, balerina ke tujuh itu berasal dari sel telur dan sperma yang sama, tumbuh dan berkembang dalam rahim yang sama, dan mereka sudah berbagi apa saja sejak dalam kandungan.59