Sewaktu Stephen mencoba membuka sebuah kardus, ia melihat seorang anak yang diikat dengan tali dan mulutnya diplester. Mereka bertiga mencoba mendekati anak itu. Alangkah terkejutnya mereka. Ternyata yang diikat itu adalah Joy. Lalu, Ketrin membuka simpul-simpul tali yang diikat dengan erat. Stephen membuka plester yang ada di mulut Joy. Anak itu terkulas lemas. Ia pingsan. Tak lama kemudian, ia sadar kembali.
“Untunglah kalian semua datang ke sini. Tak terbayang nasibku nanti, kalau kalian tidak datang,” rintih Joy. “Sudahlah, yang penting sekarang kau sudah selamat. Bagaimana kau bisa sampai di sini?” kata Stephen.
“Ketika aku akan ke rumahmu, tidak sengaja aku lewat jalan ini dan ditangkap kedua polisi berbadan besar itu, lalu aku disekap di sini.”
“Kenapa kalian tahu aku ada di sini?”
“Itu cuma dugaan kami,” kata Ketrin.
“Ayo kita lihat isi kardus-kardus itu,” kata Stephen. Alangkah terkejutnya mereka. Ternyata, isi kardus itu adalah obat-obatan terlarang. Ternyata, pekerjaan ayah tiri Stephen adalah pengedar obat terlarang.
“Aku benci mempunyai ayah seperti dia. Mana orangnya jahat dan kejam. Ternyata dia juga pengedar obat terlarang,” kata Stephen.
“Yang penting, sekarang kita harus mencari jalan keluar gudang ini agar tidak tertangkap polisi-polisi itu,” jelas Albert.
Seketika Joy berseru riang.
“Hei lihat di atas sana. Kita pasti bisa keluar lewat cerobong asap. Kalau begitu, ayo segera keluar dan lapor ke polisi.
Mereka pun menyusun balok-balok menjadi sebuah tangga dan satu per satu naik ke cerobong asap. Giliran Stephen yang terakhir, ia mematikan sakelar dan menghidupkan senternya. Setelah sampai di atas, mereka terlihat
kotor dan hitam legam.
Mereka pulang ke rumah masing-masing. Joy ikut dengan Stephen,
Keesokan harinya, mereka berempat pergi ke kantor polisi dan menceritakan semua yang mereka alami. Akhirnya,