Halaman:Balerina Antologi Cerpen Remaja Sumatra Barat.pdf/14

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Sebenarnya, mereka ingin berlari dari ombak permasalahan yang telah melaut ini. Tapi, setiap kaki mereka akan dilarikan, ulat-ulat berbisa duri pasti menusuk detak jantung dan menembus daging segar di balik sepatu baja. Kemudian, nanah busuk membusur panjang di pertepian luka.

Ahhhh....

Pemandangan yang menjijikkan. Namun, pohon duka ini jualah yang membuahkan tekad di lubuk sanubari mereka. Bahwa, hidup tanpa berjuang adalah sebuah kematian dan mati dalam berjuang justru sebuah kehidupan.

Seperti hari-hari kemarin, sore yang kali ini bersemak tetesan langit. Juga tidak beranjak dari cerita tentang tanah. Tanah yang diwarisi oleh buyut moyang. Kini tidak sekadar ditumbuhi tanaman penangkal kelaparan. Tapi, di tanah itu juga telah berkembang biak pelabuhan udara, kebun sawit, dan penambangan pasir besi sehingga para pewaris tanah yang melegam pekat tidak bisa berbuat apa-apa, selain mengigau kian kemari. Kemudian, bercerita soal tanah mereka yang luas membentang alam. Namun, igauan menyerupai khayalan sirna secepat angin. Ketika mereka tahu, kalau tanah-tanah impian semakin berkurang. Lantaran dimakan oleh Paman Gindo, salah seorang penghuni rumah.

Entah karena lapar atau memang mengidap penyakit cacingan, Paman Gindo selalu melahap tanah dan tak pernah bersisa. Setiap jengkal tanah habis dimakannya. Setiap itu pula, jengkal tanah lain harus merasakan kerakusan lelaki berusia setengah abad ini.

"Sampai kapan kau akan memakan tanah kita, Gindo," ujar perempuan paruh baya, bernama Nurtihailis dengan suara letih.

"Ahh......uni tak perlu banyak omong. Lagi pula, tanah itu milik kaum kita. Bukan hasil jerih payah uni berkeluarga," kata Paman Gindo sambil mengisap rokok bertembakau tanah.


"Kamu pasti selalu menjawab begitu. Setiap kali aku bicara tanah, kamu pasti menyinggung-nyinggung keluargaku. Bukankah Uda Lubis, suamiku, juga kakakmu? Dan anak-anak itu juga keponakanmu. Merekalah yang akan menyelamatkanmu di hari tua nanti. Atau, kamu memang

2