Halaman:Balerina Antologi Cerpen Remaja Sumatra Barat.pdf/122

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

(he..he..) harum, enak, gurih, dan nikmat. Oh, ya bahagian surat yang penting, isi kan, Bu? Jangan khawatir. Putri tulis, kok, Bu. Begini, sebenarnya Putri pengen banget ketemu dengan ibu sesudah menerima rapor dua hari yang lalu. Tapi, sayang ibunya nggak ada. Yah, terpaksa Putri pergi ke rumah Ibu. Tapi, sayang juga, Ibu malah ada urusan dengan adik ibu. Bu, waktu Putri hendak pergi ke pekarangan Ibu, Putri mendengar suara Ibu meleeengkiiiiing sekali...

Kayaknya Ibu habis bertengkar, tuh, dengan adik ibu. Ada apa sih, Bu? Maaf, kalau Putri mencampuri urusan Ibu. Tapi, sekarang yang bermasalah bagi Putri bukan itu. Tapi, kok, Ibu tidak datang waktu penerimaan rapor Putri. Kan Ibu juga wali kelas Putri. Berhubung Ibu tidak datang, tugas bagiin rapornya digantiin Pak Kusno, nggak pa-pa, kan, Bu?

Kemarin, Bu, Putri harus menampar adik ibu. Siapa, tuh, namanya? Maaf, kalau ini harus Putri lakukan. Tapi, Putri juga kan membalaskan dendam ibu. Walaupun sedikit, sudah lumayan, kan? He..he..he..

Habis, adik ibu itu mengejek ibu Putri. Dia bilang kalau ibu Putri punya anak kurang waras. Yah, Putri tampar aja, Bu. Waktu itu, sih, adik ibu itu malah ketawa dan tambah yakin kalau Putri ini gila. Akan tetapi, Putri berkesimpulan lain. Bahwa menurut Putri, yang gila itu adalah adik ibu. Iya, kan? Masak ditampar orang malah ketawa? Nah, adik ibu yang gila, kan? Oh, ya! Satu lagi bukti Putri yang membuat ibu pergi dari Putri harus nulis surat ini kan, Bu? Tapi, waktu kejadian itu berlangsung, ibu Putri malah menangis, Bu. Bukannya bantuin Putri, tapi malah menangis, cengeng sekali, ya, Bu! Putri aja yang baru kelas III SMU tidak nangis, malah ngelawan. Tapi, ibu Putri yang hampir punya cucu, masih nangis.

Informasi yang perlu juga Putri berikan, yaitu tentang adik ibu. Mungkin sekarang dia sudah berada di balik jeruji besi. Tenang aja...setelah selesai pertempuran dengan Ibu, Putri langsung menelepon polisi. Oh ya! Putri menelepon dengan HP yang Ibu berikan, lho. Sesudah salat Isya tadi, Putri mendengar suara mobil polisi. Terus dilihat dari jendela, ternyata dia ke rumah Ibu. Apa yang terjadi..., ternyata dia membawa adik ibu. Adik ibu kejang-kejang juga, sih! Makanya, Putri yakin kalau dia sekarang ada di balik jeruji besi. Ibu bangga, kan? Sebenarnya, Bu..., yang ingin sekali Putri sampaikan melalui bahagian isi ini adalah tentang pelajaran Putri selama ini dengan Ibu.110