Halaman:Aspek-aspek arkeologi Indonesia No. 7.pdf/21

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

buah prasasti tembaga yang ditemukan pada sebuah situs purba di wiharanya yang dibangun di Nalanda sekitar tahun 860 M.42)

Setelah Rakai Pikatan, ada beberapa raja yang lain lagi di Jawa Tengah sampai awal abad ke 10. Kemudian secara tiba-tiba setelah ada prasasti pada tahun 929 di Jawa Tengah, muncullah beberapa prasasti Raja Sindok di Jawa Timur. Beberapa sarjana sudah pernah mempersoalkan perpindahan secara tiba-tiba ini . Van Bemmele n43) berpendapat bahwa pernah ada satu letusan gunung yang ditempatkannya pada saat keraton Dharmawangsa diserang oleh raja Wurawari yang keluar dari Luaram. Schrieke44) berpendapat bahwa penduduk menjadi jemu karena harus terus-menerus memikul beban yang berat, ialah menjadi karyawan dalam pembangunan candi-candi. Maka mereka berbondong-bondong pindah ke Jawa Timur, dan hal ini akhirnya menyebabkan perpindahan keraton ke Jawa Timur juga. De Casparis45) berpendapat, bahwa karena ada perasaan takut terhadap para Sailendra yang telah diusir dari Jawa dan lagipula karena ada pertimbangan bahwa perdagangan akan lebih menguntungkan di Jawa Timur di delta sungai Brantas karena lebih dekat dari kepulauan yang menghasilkan rempah-rempah dan kayu-kayuan wangi, itulah penyebab perpindahan itu. Katanya :

”Para pedagang Jawa Timur pergi ke Indonesia bagian Timur untuk menukar beras dan beberapa hasil bumi yang lain dengan rempah-rempah dan cendana. Barang itu mereka angkut ke Sriwijaya, tempat mereka berjumpa dengan para pedagang asing. Barang mereka ditukar dengan barang-barang asing seperti emas, sutra, porselen dari Cina, pakaian dari India, kemenyan dari negara Arab dan sebagainya. Perdagangan ini membuat Jawa Timur makmur”. Demikianlah De Casparis.

Ada suatu hal yang De Casparis tidak melihat, ialah: seandainya ada rasa takut terhadap para Sailendra, bagaimana mungkin ada perdagangan antara para pedagang di Jawa Timur dengan Sriwijaya yang telah dikuasai para Sailendra sejak pangeran Sailendra, Balaputra, telah diusir oleh kakak perempuannya sendiri ialah Pramodhawardhani dan suaminya Rakai Pikatan pada tahun 856 M? (Casparis 1956). Lagipula Jawa dan Sumatra selalu bergulat untuk mendapat hegemoni di lautan dan monopoli perdagangan dengan Cina. Utusan-utusan mereka tidak pernah datang pada waktu yang sama, seperti pernah dicatat oleh Wolters46). Sriwijaya (She-li-fo-she) mengirim perutusan ke Cina dari tahun 670-742, Jawa (Ho-ling) dari tahun 640, 648 sampai ke tahun 666 dan kedua kalinya sebagai Ho-ling antara tahun 768— 818. Kemudian sebagai She-P'o dari 820 sampai ke tahun 873;Sriwijaya (San- fo- ts’i) dari tahun 904 - 983. Ada juga enam perutusan antara tahun 960 dan 988 . Kemudian ada perutusan dari Jawa pada tahun 992, tetapi tidak ada lagi selama seratus tahun, sedangkan dari Sriwijaya ada lagi antara

17