Halaman:Asmara Moerni.pdf/37

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

sembari berpikir-pikir, kemoedian dengan hati-hati ia taroehkan lagi di tempatnja. Waktoe ia hendak keloear dari kamar terdengar soeara sepatoe dan Dr. Pardi nampak dihadapannja.

„Hai, kapan kau datang ?”

„Baroe sadja, dengan kereta-api djam 2.30 sampai di station Gambir”.

„Sendirian sadja ?”

„Ja”.

„Bagaimana keada'an iboe dan ajah di Tjigading ? Saja harap semoea ada baik”.

„Berkah, ta' koerang soeatoe apa”.

„Kenapakah kau datang dengan mendadak zonder memberi kabar lebih doeloe ? Adakah satoe dan lain keperloean jang penting ?”

„Tidak ada ! Saja anggap tidak perloe memberi soerat lebih doeloe, karena saja toch boléh melihat saudara saja sewaktoe-waktoe, boekan ? Selain dari pada itoe tempo-tempo saja ingin menonton bioscoop, jang di Tjigading tidak ada”.

Dengan bersenjoem tanda girang Dr. Pardi berdjandji akan menghantarkan saudaranja menonton bioscoop djikalau pada waktoe sorenja nanti tidak ada orang sakit jang perloe ia datangi. Waktoe ia akan masoek kedalam kamar hendak berganti pakaian, adiknja memanggil minta bitjara.

„Mas dokter, saja melihat mas dokter tidak begitoe gembira ini hari. Dan, rasa-rasanja boekan karena banjaknja pekerdja'an ......”.

„Memang begitoe, tetapi biarlah tentang hal ini kau djangan mengetahoei”.

35