„Sjoekoerlah djikalau soedah dapat pekerdja'an Amir”, kata bi Ikah.
„Pekerdja'an apakah jang kau dapatkan Amir ?”, tanja Tati dengan toeroet menoendjoekan girangnja.
„Mendjadi sopir......”.
„Mendjadi sopir? Soekoerlah, tidak doega kau dapat mengandarakan taxi", kata bi Ikah poela.
„Boekan taxi bi. Saja djadi sopir betja !”
Bertiganja ketawa girang.
Adalah dikehendaki oleh Amir setelah oeang pendapatan jang dikoempoelkan itoe soedah tjoekoep oentoek beanja, tentoelah ia akan menikah Tati.
„Boeat di Betawi asal orang maoe bekerdja dengan betoel-betoel, tentoe lekas dapat. Boeat Tati ia membantoe bibi toeroet menjoetji pakaian. Ia soedah dapat mengerdjakan tjoema sajang menggilasnja beloem koeat”.
Tati jang mendengarkan oetjapan bibinja itoe merasa senang waktoe dipoedji dan ketjiwa waktoe ditjela.
„Lama-lama saja poen dapat djoega menggilas saperti bibi”, kata Tati.
„Bi, ...... Tati, saja maoe mentjari moeatan karena masih siang”, kata Amir.
„Baik-baik Amir, djikalau maoe membelok djangan loepa kasih tanda, disini banjak taxi dan deeleman jang sengadja njerobot toekang betja”, kata bi Ikah memberi nasehat kepada Amir.
Tidak antara lama Amir soedah diatas betjanja dan dengan perasa'an senang menoedjoe ke djalan besar.
Bibi Ikah betoel dalam keada'an miskin, tetapi tjoe-
30