Halaman:Asmara Moerni.pdf/27

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

sar-besar depan station itoe dikapoer warna hidjau atau aboe-aboe toea, poen station Betawi-kota jang gagah dan koeat itoe berwarna semoea hitam.

Jang ternjata pergantian hawa teroetama panasnja matahari, sehingga mengalirnja keringat ta'dapat ditahan lagi.

Oentoek menghemat bekalnja jang tidak seberapa dibawanja mareka ta' maoe menggoenakan banjak penawaran koesir dilman boeat memakai kendara'an. Amir dan Tati berdjalan kaki ke Selatan, sampai didepan pasar Glodok jang sangat ramainja, bertanja beberapa orang dimana letaknja Sawah Besar jang setelah berdjalan kira-kira satoe djam di tempat jang akan ditoedjoe itoe. Jang masih dirasakan soekar sekarang ialah dimanakah tempat-tinggalnja bibi Ikah, tetapi peribahasa kata siapa mentjari tentoe akan mendapatkannja. Begitoelah setelah masoek dan keloear beberapa gang mereka sampai di satoe kampoeng dimana dibelakang gedong-gedong besar tempat-tinggal bangsa Europa ada banjak roemah-roemah petak. Di depan salah satoe roemah ini tertampak banjak tjoetjian dan dari djaoeh Tati tidak salah lagi, bibinja tampak sedang mendjemoer pakaian jang ia habis tjoetji.

„Bi, bi Ikah. Saja Tati”, kata Tati masih agak djaoeh dengan seolah-olah bertereak. Bibinja menoleh dan girang sekali melihat keponakannja dari Oedik datang.

„Ja Allah, Tati ! Sama siapa kau datang ? Di roemah ema'ada baik ?”.

„Berkah bi. Saja datang dengan Amir”.

Bi Ikah berhenti dari mendjemoer, masoek kedalam pondoknja dengan diikoetkan oleh Tati dan Amir.

25