Lompat ke isi

Halaman:Apakah Batjaan Tjabul.pdf/46

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

46

MR. ST. TAKDIR ALISJAHBANA :

Saudara2 sekalian.

Sesungguhnja girang hati saja, karena tentang jang kita bitjarakan malam ini, sebenarnja tidak banjak beda faham antara saja dengan Saudara2 penjanggah tadi dan kalau ada perbedaan faham boleh djadi itu disebabkan hanja oleh karena kurang terang atau dianggap belum lengkap uraian saja atau boleh djadi djuga hanja mengenai soal2 jang ketjil2 sadja. Saudara Hamka berkata, bahwa didaerah desa orang2 lebih banjak menutup bagian badannja daripada orang2 jang dikota. Pengalaman dan penglihatan saja dalam hal ini agak beda dengan penglihatan Saudara tadi. Didaerah desa lebih banjak daripada dikota, orang tidak menutup badannja ! Tetapi ada bedanja: dalam suasana desa itu segala sesuatu berlaku dibawali niiai jang lain. Orang menganggapnja sebagai sesuatu jang biasa sadja, seperti melihat alam ; mata orang jang melihatnja masih sutji, tidak seperti orang2 kota, misalnja kalau datang di Bali dengan membawa fototoestel, dsb. Hal ini berarti pandangan mata orang2 kota berbeda sekali dari pandangan mata orang2 didesa.

Saudara Ketua, sesungguhnja persoalan jang kita hadapi sekarang ini adalah soal tjabul dalam arti jang luas; bukan hanja berhubungan dengan madjalah dan buku2, tetapi djuga jang mengenai murid2, anak2, keluarga kita dan seluruh masjarakat kita. Tetapi djustru berhubung dengan inilah, maka saja ingin mempunjai bahan2 jang lebih banjak. Benarkah sekarang ini anak2 sekolah kita lebih tjabul daripada dahulu ? Tentang hal ini dengan terus terang sadja tidak ada angka2 jang djelas. Djadi sebenarnja, kita sebagai orang jang berpikir dan hendak memikirkan hal itu dengan bahans jang lebih exact, merasa tidak puas. Tentang hal ini saja mempunjai pengalarnan sekedarnja, karena saja hampir 6 tahun duduk sebagai ketua Seksi P.P. & K. Dewan Perwakilan Kotapradja. Beberapa tahun jang lalu ketika masjarakat kita dihebohkan oleh krisis etik, maka kami dari Dewan Kotapradja ingin tahu sungguh2 apakah betul2 ada krisis etik ?