Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/75

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

dengan adat seperti ini lagi," doaku.

Setiap hari aku melihat kebahagiaan Ritu dan anaknya. Mereka selalu berdua, tanpa Nakna yang harus berada di rumah. Begitu pedih jika teringat dan mengandai-andaikan malaikat kecilku yang telah pergi.

Semua itu tak berlangsung lama, seorang laki-laki menikahiku. Namanya Doppa. Dia begitu menyayangiku dalam keadaan apapun. Dia berbeda dengan laki-laki manapun di kampung ini, termasuk Ritu. Dia tidak peduli dengan adat ini. Dengan kata lain, Doppa menentang adat Rakta.

Hanya beberapa hari kami menetap di kampung itu. Doppa yang menentang adat Rakta diusir dari kampung. Aku yang yakin pada suamiku akhirnya pergi dan membuat kampung sendiri di sudut hutan lain. Kemudian semua adat dan kebahagiaan kami rancang di sini, tanpa ketakutan bagi perempuan dan tanpa kebebasan yang begitu tidak manusiawi, yang selama ini dimiliki kaum laki-laki. Hidup ini adil. Begitu ucap Doppa, pemimpinku.

*** 

"...dan kemudian kamu telah tumbuh menjadi seorang gadis di usia tujuh belas tahun, tanpa adat yang menyakitkan itu," ujarku. Ceritaku usai.

Malaikatku telah terlelap dalam mimpinya.

"Asna," seseorang memanggil namaku dari luar rumah seraya mengetuk pintu.

Aku bergegas membukakan pintu. Kedua bola mataku menangkap sosok gagah dengan lentera di genggamannya. Doppa, dia adalah suamiku tujuh belas tahun yang lalu, hari ini, dan selamanya. Bukankah begitu adatnya?

63