Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/72

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

tidak mengerti.

Aku mencoba berpikir baik kepadanya karena dia adalah suamiku, begitu aku sangat menghargainya.

Dua bulan berlalu. Selama tiga puluh hari di bulan ini aku harus mengenakan baju adat saat keluar rumah. Ya, aku telah mengandung anak Ritu, dan ini adalah bulan kedua. Aku bahagia, begitupun dengan Ritu.

Kasih sayang yang dia berikan lebih dari saat aku baru menjadi pasangannya dua bulan yang lalu. Aku semakin yakin bahwa dia adalah laki-laki yang baik.

Bulan demi bulan berlalu. Hidupku dalam pernikahan ini sungguh indah, tidak seperti perempuan lain yang mendapatkan suami yang tidak begitu baik. Mereka mendapatkan cobaan yang berat. Hanu, dia harus mencari pangan keluarganya seorang diri, tanpa bantuan suaminya yang kerjanya hanya berjudi. June, dia selalu menjadi korban amukan suaminya dalam keadaan mabuk. Kirat, suaminya sangat jarang berada di rumah bersamanya. Betapa menyedihkannya keadaan mereka. Berbeda dengan aku yang memiliki Ritu. Ritu tidak pernah berjudi, tidak juga mabuk-mabukan, apalagi meninggalkan aku sendirian di rumah kecuali bila dia ingin mencari makan untukku dan calon bayi kami.

Bulan terus berganti, hingga tiba pada bulan keempat. Aku tengah menyapu halaman rumah seraya bersenandung dengan mengenakan pakaian adat. Ritu tengah berada di kebun, ia memanen umbi-umbian yang ditanamnya. Dengan senyum bahagia, ku usap perutku dengan harapan dia menjadi anak yang baik suatu saat nanti. Namun senandungku berhenti saat tubuhku tiba-tiba melemah dan jatuh di tanah. Ada sesuatu yang mengalir, entah apa. Aku sudah tidak sadarkan diri.

*** 

60