Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/40

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

fotografi Randhi. Pak Yudha sendiri juga akrab dengan orang tua Randhi. Tak lama sesudahnya, mereka bersama menuju rumah orang tua Randhi.

Ayah Randhi adalah kepala desa. Sebagai seorang kepala desa, ia telah sukses memajukan desa mereka. Orang-orang menyeganinya. Sedangkan ibu Randhi adalah seorang yang ayu dan rendah hati. Pembawaannya yang tenang dan bijaksana menjadikannya tempat curhat dan pemberi saran bagi para gadis desa. Dari cerita Pak Yudha, Randhi tahu bahwa sekarang ini masyarakat desa sedang ada masalah.

“Kau lihat tanah tandus di sana? Dulu di situ ada hutan rindang bukan? Hutan itu telah ditebang para penebang liar. Mereka hanya tahu menebang, tanpa tahu menanam. Akibatnya, ya seperti ini. Sekarang mereka mengincar hutan yang ada di sebelah sana. Ayah kamu sudah mencoba melarang mereka, tapi apa daya,” cerita Pak Yudha.

“Astaga! Tak kusangka ada masalah seperti ini,” ujar Randhi kaget. Pak Yudha hanya bisa menghela napas, pasrah.

Tak lama kemudian, mereka tiba di rumah Randhi. Randhi mengetuk pintu dan mengucap salam.

“Selamat siang. Ayah, Ibu, kalian ada dirumah?” Randhi membuka pintu. Tampak ibunya sedang duduk, menyulam. Melihat Randhi, diletakkannya sulamannya.

“Randhi! Ya, ampun. Anakku, sudah kembali. Astaga, Nak! Mengapa tidak diberitahu pada Ibu kalau kamu kembali? Setidaknya ibu bisa menjemputmu di stasiun,” Ibu Randhi memeluknya. Ia terlalu gembira melihat anaknya sehingga tak menyadari kehadiran Pak Yudha. Pak Yudha hanya tersenyum kecil melihat mereka.

“Maaf, Bu. Sengaja, untuk kejutan buat Ibu dari ayah. Tadi tengah jalan ketemu Pak Yudha. Dia yang mengantarku ke sini. Mana ayah, Bu?" Randhi balas memeluk ibunya. Mendengar nama Pak Yudha, ibu Randhi baru sadar. Dilepasnya pelukannya.

28