Halaman:Antologi Cerita Rakyat Sumatra Barat Kisah Tiga Saudara.pdf/12

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

terangnya, Bonsu mengira matahari akan segera terbenam.

Berarti, sudah lama mereka berjalan. Matanya tertutup saat tengah hari tadi. Saat mereka dilepas di ujung kampung.

Kedua Dubalang memandangi mereka dengan tatapan sedih. Dubalang Pertama membagikan minuman dari tabung bambu. Mereka bergantian meneguk.

Hari mulai gelap. Dubalang kedua menghidupkan api. Setelah santap, mereka duduk mengelilingi api.

"Aku akan menceritakan seluruhnya. Kalian harus tahu apa yang terjadi," ucap Dubalang Pertama.

Dubalang Pertama bercerita, tugas mereka sebenarnya melenyapkan mereka bertiga. Ayah mereka, Tuanku Rajo Tuo, difitnah Rajo Angkek Garang, Kepala penyamun di daerah pesisir.

Rajo Arigek merasa terancam atas kehadiran Tuanku. Raja Alam Pagaruyung yang turun tahta. la akhirnya menetap di pesisir. Rencananya hanya membangun tempat tinggal. Lama kelamaan, jadi daerah makmur.

Rajo Angek iri. Ia menyebar penyakit. Obatnya hanya darah mereka bertiga. Setelah rapat nagari diadakan diputuskanlah mengikuti keinginan Rajo. "Kami akan samarkan darah kalian dengan binatang di hutan ini. Tapi, ingat, jangan sesekali turun ke bawah. Ini demi keselamatan kita semuanya," perintah Dubalang Kedua.

Rondok mengangguk. Ia memandang kedua adiknya. Terutama Bonsu.

"Jadi, kami tak akan bertemu ayah ibu lagi?" tanya Bonsu. Dubalang Pertama menatap trenyuh," Suatu saat nanti, Nak. Suatu saat nanti."

Esoknya, kedua Dubalang menangkap rusa, kijang, dan kambing hutan. Ketiga darah binatang itu dimasukkan dalam kantong.

3