Halaman ini telah diuji baca
Sebuah gambar seharusnya muncul pada posisi ini dalam naskah. Untuk menggunakan keseluruhan pindaian halaman sebagai penampung, sunting halaman ini dan ganti "{{gambar hilang}}" dengan "{{raw image|Antologi Cerita Rakyat Sumatra Barat Kisah Tiga Saudara.pdf/11}}". Sebaliknya, jika Anda mampu untuk menyediakan gambarnya, maka lakukanlah. Untuk panduan, lihat Wikisource:Pedoman gambar dan Bantuan:Menambah gambar. |
Sedang Murai memegang kakak sulung, Rondok Didin.
Ketiganya dibawa dua Dubalang ke hutan. Satu berjaga di depan, satu di belakang.
Kaki Bonsu sejak tadi terasa pedih. Tapi ditahannya. Ia ingin menangis, tapi takut kakaknya dapat masalah.
Ia tidak tahu kenapa dibawa menyusuri rimba raya ini. Ayah-ibu hanya melepas dengan mata sembab. Seluruh warga kampung melepas dengan beragam rona. Ada yang menatap dengan sedih, ada pula dengan benci.
Tiba-tiba, Murai berhenti. Hidung Bonsu terantuk ke punggungnya. Bunyi burung memenuhi udara.
"Di sini saja," ujar Dubalang Pertama.
Bonsu merasa ada yang melepaskan ikatan. Murai mempererat genggaman.
Penutup mata dilepas. Sesaat, Bonsu menghalangi mata dengan tangan. Cahaya membuat matanya pedih. Dari
2