Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/98

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

Malaysia "Titian Laut" mengisahkan tokoh bernama Mubassir yang sehari-hari oleh teman-teman kerjanya dipanggil "Si Lurus". Ia dipanggil demikian karena dalam pekerjaannya sebagai bendaharawan ia dikenal sangat jujur "lurus". Suatu hari, Mubassir ingin meletakkan jabatannya sebagai bendaharawan karena tidak sanggup lagi mengelola keuangan yang menurutnya tidak sesuai dengan hati nuraninya. Setalah ia meletakkan jabatan tersebut. ia masih dinggap oleh teman-temannya sebagai "Si Lurus", begitu juga oleh istrinya bahwa ia telah pergi dengan seorang pelacut, tetapi istrinya tetap tidak percaya atas kebohongan itu.
  Cerpen "Tewas" yang dimuat majalah sastra Horison mengisahkan tokog Aku yang meninggal dalam sebuah kecelakaan lalu lintas di kota T. Suatu hari, Aku menerima telepon dari seorang yang ia tulis dalam sebuah berita. Sejak saat itu, ia menjadi takut dan mulai mogok beberapa teman. Di antara surat yang dikirimkannya itu ada yang membalasnya, yaitu seorang teman di kota Y. Tanpa membuang waktu, Aku pergi menemui temannya tanpa membawa identitasnya sebagai wartawan.
  Cerpen "Istri Tukang Kasur" yang dimuat dalam Kiat Menulis cerpen berkisah tentang sepasang suami istri yang bekerja sebagaiu penjual kasur. Di sebelah kedai mereka berdiri pula warung nasi yang setiap hari ramai dikunjungi oleh pembeli. Hal itu membuat istri tukang kasur merasa iri karena kedainya tidak seperti warung nasi tersebut. Suatu hari, istri tukang kasur kedatangan petugas yang menanyakan racun api. Ia menjawab asal saja agar terbebas dari orang tersebut karena tidak siap dengan pertanyaan itu. Kedatangan petugas tersebut tidak diberitahukan kepada suaminya, hingga suatu hari kedainya dilalap oleh api dan menghabisi semua yang ada di dalamnya.
  Cerpen Arwana" yang dimuat di Kompas mengungkapkan kegelisahan dan "kemarahan Harris dalam bentuk yang lebih sublim. Ia mencoba menyodorkan sisi lain "kenyataan" kesarian pejabat lokal Minang berlatar militer lewat perilaku ajudannya yang gesit, tetapi bodoh.

Tanggapan Pengamat tethadap Karya Harris Effendi Thahar
  Banyak tanggapan yang muncul berkaitan dengan hadirnya cerpen "Si Padang" yang dimuat Kompas esisi 14 September 1986. Tanggapan


86