Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/79

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrowan Sumatra Barat Waktu pindah ke Padang di kelas tiga STM, Harris sering bertandang ke koran Haluan. Harris ingin tahu bagaimana koran itu dicetak. Ia paling senang melihat ilustrasi, ada gambar-gambarnya, dan adegan yang aneh-aneh. Di koran tersebut ada tukang gambar, namanya Ipin. Kalau ada cerpen yang masuk, dialah yang membuat ilustrasinya.

Setamat STM, pada tahun 1967, Harris bersiap-siap hendak bekerja. Kebetulan, ada kawan yang mengajaknya tes di Pekanbaru, di Dinas Pekerjaan Umum. Ia ingin mengikuti tes itu guna memenuhi cita-cita menjadi arsitek. Akan tetapi, sebelum itu ada teman-teman yang mengajak mereka jalan-jalan ke kampus IKIP Padang. Harris mempertanyakan untuk apa berkunjung ke IKIP. Menurutnya, IKIP itu kan mencetak guru, sedangkan mereka bukan guru. Harris membayangkan waktu itu IKIP adalah lanjutan dari SPG Tamatan SPG langsung menyambung ke IKIP. Ternyata, IKIP memiliki fakultas teknik, yaitu fakultas keguruan teknik dan memiliki jurusan arsitektur pula. Harris baru mengetahui setelah sampai di sana dan merasa cocok dengan cita-citanya ingin menjadi arsitek. Harris kemudian mendaftar ke Fakultas Keguruan Teknik (FKT) Jurusan Pendidikan Arsitektur IKIP Padang (sekarang Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang-FT UNP), satu fakultas yang menerima lulusan STM.

Kemudian, Harris menanyakan apakah lulusan ini nanti akan menjadi guru atau menjadi arsitek. Ia mendapat jawaban bahwa hal itu terserah minat dan bakat masing-masing orang, mau jadi guru boleh, jadi arsitek juga boleh. Tanpa berpikir lagi, Hanris masuk ke jurusan tersebut. Namun, banyak orang berbisik-bisik mengatakan jurusan itu lama tamatnya dan dosennya tidak ada karena program itu baru dimulai. Ternyata, tiga tahun setelah itu, jurusan tersebut memang dihapuskan karena tidak relevan dengan STM. Jurusan yang bersesuaian untuk menjadi guru hanyalah jurusan bangunan, bukan arsitek.

Oleh karena itu, Harris akhirnya bergabung dengan Institut Teknologi Sumatra Barat (ITSB), nama dan dosennya sama, serta mata kuliah kearsitekannya juga sama karena di sini masalah-masalah keguruan pun dipelajari. Masa kuliah yang memiliki banyak waktu luang dimanfaatkannya untuk bekerja sebagai wartawan di surat kabar iningguan Canang. Alhasil, kuliahnya kedodoran schingga untuk menamatkan sarjana muda saja dia membutuhkan waktu tujuh tahun.

Dalam kurun waktu selama itu (1967-1974), sekitar tahun 1973 1975, Harris pernah bekerja dengan perusahaan riset Jerman Barat yang

67