Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/67

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

koran yang diterbitkannya sendiri. Dengan bantuan teman-temannya, Charul menerbitkan dua mingguan, yaitu Padang Pos dan Mingguan Gesit. Pada akhirnya, kedua penerbitan koran tersebut terpaksa gulung tikar karena alasan keuangan.

Setelah "merambah" beberapa media, pada tahun 1980, Chairul memutuskan bergabung kembali dengan harian Singgalang dan menduduki jabatan sebagai wakil pemimpin redaksi. Ketika novel Chairul yang berjudul Warisan terpilih sebagai salah satu buku terbaik bacaan remaja versi Yayasan Buku Utama, Chairul juga merayakan ulang tahunnya yang ke-45 di kantornya, harian Singgalang.

Sebagai seorang pribadi yang gelisah dan unik, Chairul dapat bergaul dengan banyak orang dari segala macam lapisan. Pergaulan dengan masyarakat luas tersebut membuat Chairul mampu menghadirkan berbagai macam tulisan, esai, dan hal lainnya tentang masyarakat di sekililingnya. Oleh karena itu, amat wajar apabila tulisan feature dan esai-esai yang dibuatnya memikat dan berisi. Tulisan opininya pun tajam dan kritis. Sebagai seorang wartawan yang handal, Chairul mampu menuliskan dengan baik laporan dari suatu kejadian yang tengah diliputnya.

Chairul adalah seorang yang cerdas. Ia memiliki intuisi yang tajam dan kepribadian yang berani. Ia seorang pejuang, berani berbuat dan berupaya untuk kepentingan orang banyak. Sosok Chairul merupakan sosok kembara budaya dan kembara politik. Ia selalu mendambakan kedekatan dirinya dengan lingkungan masyarakat dan lingkungan alam yang mengitarinya. Chairul Harun layaknya seorang peneliti di perguruan tinggi, dia melakukan survei lapangan, mengamati, meneliti, mengumpulkan fakta, dan kemudian mengkaji atau menganalisis sesuai dengan dasar-dasar teori yang dimilikinya. Ibarat bertutur tentang sawah, Chairul tidak mau hanya berdiri di pematang saja. Ia secara langsung terjun merasakan bau lumpur dan dinginnya angin pergunungan yang mengairi setiap petak sawah. Dapat dikatakan, Chairul tidak saja tahu dengan teori, ia berkenginan mengetahui kondisi di lapangan.

Dengan adanya bacaan dan pengetahuan yang luas, amat mungkin bagi dirinya untuk duduk di belakang meja dan menuliskan semua hal tentang Sumatra Barat. Chairul Harun adalah seorang yang dikarunia berbagai kelebihan. Sosoknya adalah seniman dan wartawan. Selain menjadi seorang cerpenis, novelis, wartawan, penulis fiksi, dan kolumnis, Chairul pernah menjadi dosen di Jurusan Teater Akademi

55