Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/160

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

 Pada bagian berikut, ditampilkan sinopsis dan analisis beberapa karya Gus tf Sakai yang meliputi novel dan puisi yang ditinjau dari segi Struktur karyanya. Penganalisisan hanya dilakukan terhadap aspek-aspek yang menonjol saja. Karya yang dianggap mewakili genrenya akan dianalisis secara menyeluruh.

 Mathew Arnold, seorang penyair Inggris, mengatakan bahwa puisi itu adalah kritik kehidupan (poetry is the criticism of life). Membaca puisi memang sesuatu yang mengasyikkan, bukan saja kita tertarik dengan kaitan kata-katanya, tetapi juga terhadap makna yang terkandung di dalam puisi itu. Ada suatu pengajaran, peringatan, himbauan, larangan, dan berbagai masalah lainnya dalam kehidupan. Begitu banvak penyair yang menulis puisi tentang kritik kehidupan. Hal itu bisa kita temukan pada sajak dan puisi Gus tf yang bercerita tentang kehidupan, salah satu contohnya ia memakai papan catur sebagai media pengungkapan.

 Puisi-puisi lepas Gus tf sangat menarik dengan gaya yang begitu bersahaja dan pendek-pendek. Gus tf menggarap puisinya secara runut dan tuntas terhadap ide ataupun tema sehingga tidak ada yang bersifat menggantung tema atau dibiarkannya terbengkalai di tengah jalan. Membaca dan menikmati sajak Gus seperti menikmati rabaan yang lembut, suci, dan jujur dari kasih sayang seorang ibu kepada anaknya atau diibaratkan seperti kenikmatan kita dalam mendapatkan dedikasi yang penuh dari seorang ibu. Hakikat perasaan kita yang terdalam disentuhnya dengan penuh ketenangan dan sejuk, lalu secara tidak sadar dan sukarela kita akan “mengikuti” apa keinginan sang penyair.

 Ketika pada tahun 1987 Gus diundang untuk menghadiri “Forum Temu Penyair Muda Indonesia” di Taman Ismail Marzuki Jakarta, ia tidak menggurui sesuatu kepada kita dengan paksa, baik mengenai kebajikan dan keburukan, pahala dan dosa, benar atau salah. Dengan sajaknya, Gus tf hanya memberikan “cermin” untuk dirinya sendiri, seperti monolog antara “ruh/wujud dia” dan “diri dia sebenarnya”. Hal itu bertujuan agar dia mengetahui ke mana pula dirinya harus digerakkannya dan berproses? Inilah yang mengendap dalam dirinya, seperti yang diucapkannya, “Begitu saya percaya bahwa setiap profesi pada hakikatnya akan menghantarkan kita kepada manusia utama, maka saya merasa beruntung terhadap pilihan hidup saya. Dengan menulis puisi, saya lebih sering berdialog dengan diri.”

 Hal itulah yang memancar melalui sajak-sajaknya, di mana diri harus menyadari realitas dan perubahan yang ada. Gus tf berusaha

148