Lompat ke isi

Halaman:Amai Cilako.pdf/68

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

memasak menggulai, ada menjahit memasang kelambu, tua muda besar kecil, terkembang tikar permadani, bantal bersusun di dinding, bantal bersulam berterawang, terkembang tirai langitlangit, berenda cerana tengah rumah, pada masa itu ke rumah, orang nan menanti tamu, nan datang duduk mengitari tengah rumah, tak terlalu lama antaranya, ke rumah angku guru, memakai baju berkerah hitam, di dalam baju leher tegak, bercelana tapak itik, sisamping bugis ungu, bersaluk deta ungu, seperti lareh dipandangi, pegiringnya nan muda-muda, memakai kain serba baru, tiba di rumah bersalaman, kunyahlah sirih di cerana, asap rokok bergulung-gulung.

Setelah duduk dihidangkan, makanan ke tengah rumah, lengkap hidangan enak-enak, cukup inti dengan pinyaram, pisang besar ajik gelamai, selesai hidangan diatur, tidak ada lagi nan tertinggal, maka menitahlah Pangeran, penitahan menawarkan makan, sembah menyembah masa itu, sama pandai keduanya, senang hati orang mendengar, selesai sembah menyembah, makan segala alek, nan datang dan nan menanti, selesai minum makan, maka dikunyah sirih sekapur seorang, oleh angku kali dibacakan, kutbah nikah kawin guru Dunia, dengan anak si Rombok, orang mendengar jadi saksi, selesai nikah engku guru, haripun berembang malam, rumah jauh akan diturut, meminta pulang nan mengantar, pulang ke tempat masing-masing, meminta dengan adat pasambahan, suara lantang bagus susunannya, sama pandai tikam menikam, sama mulia memuliakan, seorang bijak lagi jauhar, sembah berlega ninik mamak, selepas sembah menyembah, turunlah segala alek, tinggallah orang nan punya rumah, engku guru orang pandai, memahami ragam situasi, ia sadar dengan umurnya, pandai menenggang hati istri, orang terbiasa beristri banyak, maka diperlakukannya si Aminah, bagai menakar minyak penuh, tiap bulan mesti turun belanja, mengenai anak si Minah, anak berdua bersaudara, anak rancak keduanya, sungguhpun anak tiri, dianggap anak kandung, anak manja-manja keduanya, takut kepada bapak tiri,

57