Lompat ke isi

Halaman:Amai Cilako.pdf/64

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

seperti itu, senanglah hati angku guru, terkayuh di biduk hilir, terpanggil orang nan datang, tetapi sungguh demikian, di muka tidak mengesan, menjawab guru Dunia, setentang perkataan kakak, malu saya sedikit, saya ini sudah tua, si Minah muda baru, beranak dua orang, berbaur muda dengan tua, salah rasanya pandangan orang, elok nan lain nan dicari, sama kita mencarikan, sama muda dengan si Minah, kata guru Dunia, dalam hatinya rasa mau, direngkuh terbayang rupa, si Minah anak rancak pandai memakai, mendengar kata guru Dunia, menjawab si Rombok soal umur, tua maupaun muda tidak mande timbang, sudah banyak orang nan datang, hanya guru saja nan didamba, sejak lama maksud hati, mengambil guru sebagai menantu, mohon jangan guru bertangguh, kalau jemput sekedar basa basi, baiknya orang lain saya suruh, ini saya benar nan datang, jemput sebenarnya jemput, guru terbawa oleh saya, mendengar penuturan demikian, gelak bergumam engku guru, berkata guru Dunia, kalau begitu kakak, malu pula saya mendengarkan, bulan di muka kita langsungkan, kita tidak berhelat, mendoa dengan orang malin, katanya guru Dunia.

Mendengar kata demikian, sejuk rasa pikiran si Rombok, maksud sampai kehendak diberi, tak lama berselang antaranya, nasi terhidang di tengah rumah, berkata kakak guru, manalah kakak pindah duduk, nasi disendok minta dimakan, air di cawan minta diminum, kata saudara guru, maka menjawab si Rombok saat itu, setentang soal makan minum, saya tidak ingin makan, sebentar ini makan di rumah, perut masih kenyang baru, berjalanlah saya dahulu, maka dijawab oleh saudara guru, tidak elok Rombok menolak, nasi terletak menantikan, lelah bersoal jawab, mereka makan juga jadinya, sedang makan berunding juga, selepas makan dengan minum, langsung dibasuh tangan, dikunyah sirih sekapur, berkatalah si Rombok, pulanglah saya dahulu, lalu dialih tegak ke pintu, berjalan menghadap pulang, hati senang pikiran lapang, karena hati terlampau senang, setiba di halaman rumah, dilihatnya kiri kanan, tampaklah si Minah menjemput air, berkata mandeh kandung, ke

53