Halaman ini telah diuji baca
- Di hitam matamu kembang mawar dan melati
- Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba- Meriak muka air kolam jiwa
- Dan dalam dadaku memerdu lagu
- Menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka- Selama matamu bagiku menengadah
- Selama darah mengalir dari luka
- Antara kita Mati datang tidak membelah ...
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Akan tetapi, “Sajak Putih” yang ditulis Chairil di atas sepucuk kartu pos terdiri dari empat bait.[1] Dengan kata lain, ada satu bait yang hilang (atau dihilangkan) dalam “Sajak Putih” versi TMT tadi. Bait itu adalah:
- Buat Miratku, Ratuku! kubentuk dunia sendiri,
- dan kuberi jiwa segala yang dikira orang mati di alam ini!
- Kucuplah aku terus, kucuplah
- dan semburkanlah tenaga dan hidup dalam tubuhku
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Pertanyaan kita di sini adalah: siapa yang menghilangkan bait terakhir ini? Pengarangnyakah (Chairil Anwar) atau penerbit buku TMT (Balai Pustaka)?
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Teeuw pun pernah menyinggung perbedaan redaksi sajak “Kawanku dan Aku” yang terdapat dalam DCD dan KT. Menurut Teeuw, “Kawanku dan Aku” versi KT-lah yang “lebih menarik dan lebih berhasil dari segi koherensi dan konsistensi”.[2] Namun demikian, Teeuw juga menambahkan bahwa “masalah versi mana yang lebih menarik dari segi mutu sastra harus dibedakan dari masalah lain, misalnya masalah versi mana yang lebih asli, atau versi mana yang lebih baik menurut intensi atau pilihan si penyair sendiri”.[3]
xi