Halaman:Adat Istiadat Daerah Sulawesi Utara.pdf/51

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

lagi, kecuali rumah adat tempat- tempat upacara pelantikan sekarang yang disebut yiladia. Yiladia dibuat dari kayu besi, papan dari kayu besi, beratap seng. Didirikan diatas tanah yang tingginya 1 m. Ukuran luas 20 x 20 m = 400 m2. Pada zaman kerajaan-kerajaan dahulu rumah ini merupakan rumah istana (rumah-rumah raja).

Untuk membangun rumah baru penduduk masih mengenal upacara-upacara adat. Upacara dipimpin oleh talenga atau panggoba. Sesudah digali tempat mendirikan rumah diberikan sajian seperti : gula merah, kelapa cukur, uang logam, diletakkan di bawah alas batu, dengan maksud agar keluarga yang bersangkutan hidup bahagia. Setelah rumah selesai dikerjakan, dipanggillah pegawai urusan agama (kasisi) untuk tidur semalam sambil berdoa. Keesokan harinya mereka menaburkan air yang sudah dibacakan doa, untuk kesempatan bagi para penghuninya. Waktu tuan rumah masuk pertama kali dalam rumah, harus memetik pisang yang sudah digantungkan diatas pintu masuk yang terdiri dari 9 tandan. Maksudnya agar tuan rumah murah dapat rezeki. Perkakas/alat rumah tangga yang pertama masuk dalam rumah ialah kukuran kelapa (lambung kekuatan rumah tangga). Kemudian barulah semua alat-alat rumah tangga dimasukkan dalam rumah. Upacara terakhir ialah diadakan pemotongan seekor kambing jantan didepan rumah baru. Darahnya dipercikan pada perkakas-perkakas rumah tangga dan kepalanya di tanamkan didepan rumah. Maksudnya agar roh - roh jahat (setan-setan) tidak mengganggu keamanan keluarga penghuni rumah.

Dagingnya dibagi-bagikan kepada mereka yang mengerjakan rumah. Upacara ditutup dengan pembacaan doa keselamatan oleh pemangku adat (bate-bate atau syarada'a).

40