Halaman:Adat Istiadat Daerah Sulawesi Utara.pdf/282

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Doa-doa (mantera) juga merupakan manifestasi dari anggapan adanya kekuatan gaib yang ada pada benda-benda yang dipakai dalam mengobatan yang diiringi dengan pembacaan mantera tersebut.

Dalam hubungannya dengan sistim kepercayaan, juga dikenal adanya bahasa pantang (sasahara). Pemakaian bahasa pantang ini dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, sangat menonjol terutama dalam kegiatan menangkap ikan, berlayar, berburu , dan aktivitas lainnya.

Adapun penggunaan bahasa sasahara, dimaksud untuk mengelabuhi atau menipu makhluk-makhluk halus yang mempunyai kekuatan gaib, dan sering mengganggu manusia dalau keseluruhan aktivitas kehidupan.

Demikian, untuk menyebutkan nama sesuatu benda yang dimaksud, atau sesuatu yang akan disetujui, agar tercapainya tujuan itu dan terhindar dari gangguan makhluk halus, 'sesuatu' ( benda dsb ). yang hendak disetujui atau dimaksudkan tidak akan disebut sesuai nama sehari-hari, tetapi diganti dengan kata yang dari padanya menunjukkan sifat sesuatu itu.

C. SISTIM UPACARA.

Pada jaman dahulu, orang Sangihe dan Talaud banyak melakukan upacara-upacara keagamaan, sesuai dengan kepercayaan yang dianut.

Dengan masuknya pengaruh Islam dan Kristen pada pertengahan abad ke 16, baik upacara-upacara maupun kepercayaan yang ada semakin berkurang. Ds. Brilman sendiri telah mengemukakan kesulitan-kesulitan dalam menyelidiki agama asli dari suku bangsa Sangihe dan Talaud.

271