Halaman:ADH 0006 A. Damhoeri - Nakoda Tenggang.pdf/16

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

orang tua si Tenggang sangat sedihnya. Anak tunggalnya sudah hilang. Anak yang dicintainya. Tak tahu ia ke mana anaknya itu sudah menghilang. Lalu menangislah keduanya dengan amat sedihnya.

Tabung-tabung dikumpulkan kembali. Makanan yang berserakan dikumpulkan juga. Bunyi-bunyian ditabuh kembali dengan suara yang azmat. Pesta yang terganggu tadi dilanjutkan. Embeh Tembaga malahan bertambah senang hatinya. Sebab lawannya sudah tak ada lagi. Tentu sudah dilarikan oleh manusia berkepala dua tadi. Mungkin juga mereka sebangsa hantu yang muncul dari dalam lautan. Si Tenggang tahu sudah mati dibunuhnya. Kian gembiralah Embeh Tembaga. Tetapi tak terkatakan sedihnya Mak Deruma dan Pak Talang.

Walaupun bagaimana seorang bomoh dipanggil oleh Batin Hitam. Kepada bomoh ini diperintahkan melihat dalam ramalnya ke manakah si Tenggang hilang lenyapnya. Bomoh yang diperintahkan melihat dalam nujumnya. Akhimya sang bomoh mengeluarkan pendapatnya.

Si Tenggang tidak mati. Tetapi benar ia sudah menghilang. Melarikan kedukaan dan kesedihannya. Tetapi entah cepat atau 1ambatnya ia pasti akan kembali. Dan ia akan pulang dengan kaya raya. Bersama dengan dua orang istrinya. Demikianlah ramalan bomoh atau pawang itu.

Pak Talang dan Mak Deruma senang juga hatinya. Tetapi si Bulan sudah lepas dan tangannya. Ia sudah menjadiistri Embeh Tembaga.

Bulan pun berangsur-angsur melupakan si Tenggang. Tetapi Mak Deruma dan Pak Talang tak dapat melupakan anaknya. Ia selalu mengharapkan supaya si Tenggang akan segera pulang kembali. Walaupun tidak kaya raya. Sekalipun tidak dengan dua istri. Karena mereka sudah semakin tua juga. Demikianlah pengharapan orang tua. Yang kasih cinta kepada anaknya. Belahan jantungnya. Tumpuan kasih sayangnya. Mereka berharap semoga sebelum mati dapat juga melihat wajah anaknya, si Tenggang ....

14