3. HILANGLAH ANAK TERCINTA..!
BEBERAPA jam kemudian penduduk kampung itu berangsur=angsur kembali ke tempatnya. Mula-mula seorang pemberani pergi meninjau suasana. Dilihatnya kampungnya sudah sunyi kembali. Manusia dengan mempunyai dua kepala itu tak ada lagi kelihatan. Hati-hati sekali ia merangkak menuju kampungnya. Kemudian diberinya isyarat kepada kawan-kawannya. Seorang demi seorang berdatangan kembali. Embeh Tembaga dan Batin Hitam kembali pula. Embeh Tembaga masih memegang tangan si Bulan. Seolah-olah ia merasa khawatir si Tenggang akan merampas istrinya dari tangannya. Beberapa orang teman-teman akrab si Tenggang mencari-cari si Tenggang. Mereka itu ialah si Sirih, si Keledek, si Ubi, si Gagak, si Akoi, si Dedap, si Lepan, dan banyak yang lain lagi. Semuanya menyem-nyera nama si Tenggang. Namun tak ada sahutan.
Mereka meneruskan mencari si Tenggang sampai ke tepi laut. Perahu besar itu tak kelihatan lagi. Yang ditemui mereka hanyalah perahu lading si Tenggang. Terapung-apung di tengah laut dipukul-pukul gelombang. Tetapi si Tenggangnya tak kelihatan. Yakinlah mereka bahwa si Tenggang sudah dilarikan oleh orang-orang yang mempunyai dua kepala itu. Satu kecil dan satu besar. Barangkali persangkaan mereka manusia itu datang dari bulan. Atau dari planet lain. Bukan main sedih mereka. Lalu kembalilah mereka ke desa. Semua penduduk sudah berkumpul kembali. Apa yang dilihat mereka disampaikannya kepada Batin Hitam dan Embeh Tembaga.
”Biar dia mampus,” kutuk Embeh Tembaga.
”Kalau dia kembali kubunuh dia!” bentak Batin Hitam. Tetapi si Bulan sedih juga hatinya mendengar berita itu. Hanya kedua
13